Pemkot Palu pastikan stok oksigen aman antisipasi lonjakan COVID-19

id Wawalipalu, Reny Lamadjido, Pemkotpalu, pencegahan COVID-19, oksigen, sulteng

Pemkot Palu pastikan stok oksigen  aman antisipasi lonjakan COVID-19

Wakil Wali Kota Palu Reny A. Lamadjido. ANTARA/Moh Ridwan

Palu (ANTARA) -
Pemerintah Kota Palu, Sulawesi Tengah memastikan ketersediaan tabung oksigen di kota itu aman untuk mendukung perawatan pasien terkonfirmasi positif sekaligus antisipasi lonjakan kasus COVID-19 di rumah sakit.
 
Wakil Wali Kota Palu Reny A. Lamadjido, di Palu, Sabtu mengaku telah meninjau ketersediaan tabung oksigen di Perusahaan PT Aneka Gas Industri pada Jumat (24/7) dan menemukan stoknya masih cukup memadai.

Oleh karena itu, ia menyatakan tidak perlu khawatir akan kekurangan pasokan tabung oksigen.
 
"Hal ini kami lakukan untuk mengantisipasi terjadinya lonjakan kasus COVID-19 di Palu, tentunya kita sudah harus menyiapkan stok oksigen yang memadai," ujar Reny.
 
Dia mengatakan ketersediaan oksigen menjadi kebutuhan mendesak saat ini dalam penanganan pasien COVID-19 dengan gejala berat, karena berfungsi sebagai alat bantu pernapasan agar kondisi pasien tetap stabil.
 
Selain untuk kebutuhan pasien COVID-19, katanya, oksigen juga tentu untuk kebutuhan pasien lain di luar COVID-19 sehingga pemerintah dipandang perlu melakukan langkah-langkah antisipasi sebelum terjadi krisis tabung oksigen.
 
"Tentunya kami tidak menginginkan stok oksigen menipis. Pemerintah dan pihak perusahaan perlu membangun komunikasi lebih intensif menjaga ketahanan stok yang ada," ucap Reny yang juga mantan Kepala Dinas Kesehatan Sulteng ini.
 
Agar penggunaan oksigen tidak berlebihan, ia mengimbau warga tetap mematuhi protokol kesehatan (prokes) dengan menerapkan pola memakai masker, mencuci tangan pakai sabun di air mengalir, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, serta membatasi mobilitas dan interaksi (5M).
 
Selain itu, ikut serta program vaksinasi guna mengejar capaian target 80 hingga 90 persen agar terbentuk kekebalan tubuh secara komunal.
 
"Petugas surveilans juga perlu mengoptimalkan kegiatan 'testing, tracing dan treatment' (3T) supaya dapat terdeteksi masyarakat terpapar virus corona, baik yang bergejala maupun tanpa gejala," demikian Reny.