Tokoh lintas agama kunjungi Ketua MUI Palu bahas toleransi

id zainal abidin,ketua mui palu,mui palu,fkub sulteng,lebaran,lebaran tahun 2022,idul fitri 1443 hijriah

Tokoh lintas agama kunjungi Ketua MUI Palu bahas toleransi

Sejumlah tokoh lintas agama bersilaturahim dengan Ketua MUI Palu sekaligus Ketua FKUB Sulteng Prof KH Zainal Abidin, di Palu, Selasa (3/5/2022). (ANTARA/HO-Dok MUI Palu)

Palu (ANTARA) - Sejumlah tokoh lintas agama di Sulawesi Tengah mengunjungi Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Palu sekaligus Ketua FKUB Sulteng Prof KH Zainal Abidin untuk membahas optimalisasi toleransi antarumat beragama di daerah tersebut.

"Pertemuan ini membahas antara lain mengenai peningkatan toleransi antarumat beragama, dalam rangka meningkatkan keamanan dan ketertiban di wilayah Sulteng," kata Prof Zainal Abidin, dihubungi dari Palu, Rabu.

Tokoh agama yang mengunjungi untuk bersilaturahim dengan Prof Zainal Abidin di antaranya tokoh Bala Keselamatan Frengki Waleleng, tokoh Gereja Kristen Sulawesi Tengah (GKST) Ucik Sangkalia, tokoh Agama Budha Wijaya Chandra, dan tokoh Protestan Yeni.

Menurut dia, pertemuannya dengan tokoh-tokoh lintas agama tersebut berlangsung pada Selasa (3/5), di kediamannya, di Kota Palu.

Zainal Abidin yang juga Rais Syuriah PBNU mengatakan pertemuan tersebut sekaligus membahas bagaimana mewujudkan Sulteng sebagai provinsi percontohan toleransi antarumat beragama.

"Sulteng menjadi tuan rumah tahun toleransi yang akan dilaksanakan pada tahun 2022 ini," ungkapnya.

Oleh karena itu, kata dia, tokoh-tokoh lintas agama tersebut sepakat untuk mengoptimalkan dakwah mengenai pembangunan toleransi lewat peran dan fungsi masing-masing di masyarakat.

"Tokoh-tokoh lintas agama akan bekerja keras memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang toleransi. Oleh karena itu, FKUB juga didorong untuk mengoptimalkan pembangunan toleransi," ujarnya.

Zainal Abidin yang juga Dewan Pakar Pengurus Besar Alkhairaat sekaligus Guru Besar UIN Datokarama menjelaskan, toleransi intinya adalah menghormati dan menghargai akidah atau keyakinan pemeluk agama lain.

"Menghormati dan menghargai bukan berarti mengikuti. Misalnya, umat Kristen ke gereja untuk ibadah, ya itu harus dihormati dan dihargai oleh pemeluk agama lain termasuk umat Islam. Tetapi penghormatan itu bukan berarti mengikuti," ujarnya.

Perbedaan-perbedaan yang ada di muka bumi, kata dia, merupakan ketentuan Tuhan Yang Maha Esa, yang setiap individu dan kelompok manusia harus menerima ketetapan tersebut, serta tidak perlu diperdebatkan dan dipertentangkan.

"Tugas kita bukan mempertentangkan, melainkan menghormati perbedaan-perbedaan tersebut. Itulah toleransi yang harus dibangun untuk peningkatan kualitas kerukunan antarumat beragama, yang berdampak pada peningkatan kualitas kedamaian dan ketertiban dalam menjalani kehidupan sosial keagamaan dalam bingkai NKRI," ucapnya.
Foto bersama sejumlah tokoh lintas agama saat bersilaturahim dengan Ketua MUI Palu sekaligus Ketua FKUB Sulteng Prof KH Zainal Abidin, di Palu, Selasa (3/5/2022). (ANTARA/HO-Dok MUI Palu)