Manik-Manik Borneo Tak Kekadar Hiasan

id manik, borneo,

  Manik-Manik Borneo Tak Kekadar Hiasan

Tiga pekerja merangkai manik-manik dari batu alam Kalimantan di Pasar Kebon Sayur, Balikpapan, Kalimantan Timur, Kamis. (ANTARA/Fanny Octavianus)

Dengan adanya pameran manik-manik ini telah menjadi salah satu ajang perekat persaudaraan antarbangsa,"kata Mohandas.
Manik-manik yang terbuat dari batu-batuan, tulang, bijian-bijian, dan  plastik dengan aneka bentuk, berukuran kecil yang tengahnya dilubangi untuk dirangkai dengan benang sehingga menjadi hiasan memperindah sebuah benda atau bahkan sebagai alat mempercantik diri.

Apalagi bagi masyarakat suku Dayak Kalimantan (Borneo), manik-manik sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari untuk menghias mulai dari baju khas daerah setempat dan aksesoris pelengkapnya, seperti gelang, kalung, hiasan di kepala dan sebagainya .

Namun keberadaan benda yang dalam bahasa Inggris disebut "bead" ternyata bagi masyarakat di pulau terbesar Indonesia Kalimantan bukan sekadar hiasan, tetapi banyak digunakan untuk kepentingan lain seperti diolah jimat atau sebagai alat penolak bala.

Manik-manik dinilai benda sakral hingga juga dijadikan sarana upacara adat, sarana pengobatan, bekal kematian, sebagai alat tukar atau mas kawin bahkan manik-manik bisa melambangkan status sosial bagi pemiliknya.

Melihat begitu bernilai sebuah manik-manik bagi masyarakat Kalimantan maka oleh beberapa museum di pulau tersebut dipamerkan puluhan "masterpiece" manik-manik .

Busri seorang pegawai Museum Lambung Mangkurat Banjarbaru, Kalimantan selatan saat menjaga pameran manik-manik se-Borneo di museum tersebut mengakui manik-manik banyak menjadi perhatian.

Karena itu saat pameran manik-manik se Borneo tanggal 8-16 September 2012 maka banyak pertanyaan mengenai keberadaan manik-manik, khususnya para pelajar, mahasiswa, dan masyarakat umum sebab dalam pameran tersebut disediakan waktu untuk interaktif.

Pameran yang dibuka Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan, dan Pariwisata Kalsel  Mohandas H Hendrawan tersebut diikuti oleh museum Kalbar, museum Mulawarman Kaltim, museum Bala Kalteng, museum Sabah Kinibalu Malaysia, museum Tun Abdul Razak Serawak.

Selain itu diikuti museum Kuching Serawak, museum Arkaib Negara Brunei Darussalam, museum Kapuas raya Kabupaten Sintang Kalbar, Balai Pelestarian Nilai Sejarah dan Tradisi Pontianak, serta tuan rumah mueseum Lambung Mangkurat Banjarbaru Kalsel.

Pameran di museum Lambung Mangkurat Banjarbaru tersebut merupakan pameran yang ketiga, yang pertama di museum Pontianak Kalbar tahun 2010.

"Dengan adanya pameran manik-manik ini telah menjadi salah satu ajang perekat persaudaraan antarbangsa,"kata Mohandas.

Sementara menurut Pejabat Fungsional Pamong Budaya Ahli Museum Lambung Mangkurat Banjarbaru Rusniadi mengatakan diselenggarakan pameran ini sebagai salah satu upaya untuk menyamakan visi antara museum Borneo juga untuk mengangkat citra budaya Kalimantan ke ajang Internasional.

Selain itu, sebagai upaya mengenalkan budaya Borneo kepada generasi muda, sehingga kelestariannya tidak tergerus oleh budaya barat yang kini mulai menggempur Indonesia.

Perhiasan manik-manik, diangkat menjadi salah satu tema karena kerajinan tangan tersebut menjadi salah satu simbol perekat bagi budaya Kalimantan, karena hampir seluruh simbol daerah Kalimantan selalu memanfaatkan manik-manik sebagai perhiasan.

Manik-manik tersebut biasanya dimanfaatkan sebagai pemanis baju adat, sebagai perhiasan wanita suku dayak, sebagai hiasan dinding, hiasan gerabah bahkan perkembangannya kini manik-manik juga dimanfaatkan untuk tas, dompet, dan sarung telepon genggam maupun tempat pensil atau pulpen.

Keindahan manik ini tergantung pada bahan yang dipakai, bentuk, zat warna, serta teknik pembuatannya.

Berdasarkan catatan, manik-manik memang dibuat dari aneka bahan yang banyak dikenal seperti dari batu-batuan, kaca, keramik,logam,kerang, tulang, gading,kayu, getah kayu, biji-bijian, merjan, dan bahan lainnya.

Manik-manik termasuk benda sejarah paling tua, karena berdasarkan manik yang ditemukan ada yang terbuat dari bahan campuran seperti yang ditemukan di Tell Arpachiyah Mesopotamia (4000 SM) terbuat dari bahan batu kapur dan manik terbuat dari batu peninggalan dinasti  Firaun.

Menurutnya sejarahnya manik-manik paling tua ditemukan di Perancis, di situs arkeologi La Quina sekitar 38.000 SM.

Sedangkan pusat awal pembuatan manik-manik berada di Mesopotamia dan Mesir sekitar 65.000 SM. Sedangkan di Indonesia manik-manik konon sudah ada sejak prasejarah, yakni masa berburu setelah ditemukannya manik-manik tua dalam goa di Sampung Jawa Timur.

        
Manfaat manik-manik

Berdasarkan catatan, untuk memahami maksud dan arti warna batu pada manik-manik Dayak sebenarnya tergantung warna manik itu sendiri, manik-manik yang dihadirkan dalam setiap upacara tradisional Suku Dayak umumnya berwarna merah, hijau, kuning, biru dan putih.

Setiap warna memiliki arti dan keistimewaan berbeda-beda, sebab itulah dalam masyarakat Dayak, jika warna manik batu merah maka ini merupakan simbol makna semangat hidup, jika manik batu warna biru memiliki makna sumber kekuatan dari segala penjuru yang tidak mudah luntur.

Jika warna kuning maka makna simbolisasi manik batu ini menggambarkan keagungan dan keramat, kemudian jika warna sebuah manik batu adalah hijau ini memiliki makna kelengkapan dan intisari alam semesta, sedangkan jika warna manik batu adalah putih maka ia simbolisasi sebuah makna gambaran lambang kesucian iman seseorang kepada sang pencipta.

Selain makna warna manik batu Suku Dayak tersebut yang berbeda, untuk manik-manik jenis batu, bahan asal yang digunakan biasanya adalah kornelin, batuan hablur, onix, akik bergaris, kalsedon maupun kecubung.

Dalam pandangan masyarakat Suku Dayak, manik batu yang terbuat dari bahan batu kecubung maupun akik dipercaya memiliki keistimewaan magis didalamnya.

Pada bagian butiran manik akik yang mempunyai gambar palang tapak jalak misalnya, dipercaya akan menjamin pemakainya selamat sampai ke tujuan setiap melakukan perjalanan jauh sehingga sangat cocok dijadikan cinderamata.

Sedangkan pada manik batu akik dengan gambar garis merah dan putih (sardoniks) dipercaya dapat membuat si pemakai manik batu tersebut kebal terhadap peluru.

Secara umum, pemakaian manik-manik batu berbahan batu akik juga dapat menyembuhkan orang sakit serta membawa keberhasilan panen bagi para petani.

Demikian halnya dengan penggunaan manik batu berbahan batu kecubung, benda ini juga dipercaya dapat membantu penyembuhan penyakit, penawar racun akibat serangan hewan berbisa serta luka bakar bagi pemakainya.

Manik-manik digunakan sebagai penolak bala, pemiliknya bisa terhindar dari gangguan roh jahat atau makluk halus, digunakan untuk upacara adat karena  manik-manik dinilai punya kekuatan, digunakan untuk pengobatan manik-manik dinilai mampu mengusir kekuatan jahat.

Kelangkaan manik-manik memiliki nilai tinggi, sehingga akan meninggikan derajat atau status pemiliknya, lantaran manik-manik memiliki kekuatan karena itu juga dijadikan sebagai bekal kematian. (H005)