Lebaran Kelabu Di Lokasi Gempa Sigi

id Gempa Lebaran Kelabu

Lebaran Kelabu Di Lokasi Gempa Sigi

Tembok belakang sebuah gereja di Desa Pakuli, Kab. Sigi, roboh akibat gempa Sabtu (18/8). (ANTARANews/Anas Massa)

"Saya langsung berlari ke belakang rumah dan beberapa detik setelah berada di belakang dapur, rumah ini runtuh seluruhnya dan menimbun semua isi rumah," ujar ibu rumah tangga perantau asal Sulawesi Selatan ini.
Hasnur (30 tahun) mengaku sedang menggoreng daging ayam untuk persiapan merayakan Idul Fitri 1433 Hijriah ketika gempa mengguncang desanya pada Sabtu (18/9) petang, hanya beberapa menit menjelang buka puasa terakhir di bulan Ramadhan 2012.

"Saya perhatikan belanga goreng yang saya pakai koq bergoyang-goyang. Makin lama makin keras dan akhirnya belangan terbalik dan gorengan di dalamnya tumpah ke lantai," ujar ibu muda ini saat ditemui di sekitar reruntuhan rumahnya Desa Tuva, Kecamatan Gumbasa, Kabupaten Sigi, sekitar 50 km selatan Kota Palu, Minggu petang.

Ia kemudian sadar bahwa ini gempa bumi, apalagi, tetangganya bernama Muhammad telah berteriak-teriak dari luar: `keluaaarrr....keluaaarr` untuk meminta dirinya keluar rumah.

"Saya langsung berlari ke belakang rumah dan beberapa detik setelah berada di belakang dapur, rumah ini runtuh seluruhnya dan menimbun semua isi rumah," ujar ibu rumah tangga perantau asal Sulawesi Selatan ini.

Tidak ada sepotong pun pakaian dan harta benda lainnya yang bisa diselamatkan. Semua tertimbun puing-puing bangunan. Seluruh tembok rumah berukuran 7x10 meter persegi itu hancur berkeping-keping. Hanya atap rumah yang kelihatan masih utuh dan sebagian atap seng masih bisa dipergunakan lagi.

Sementara itu, rumah tinggi berdinding dan berlantai papan dan beratap seng milik Muhammad di sebelah rumah Masnur tampak miring dan nyaris roboh

"Karena kondisi ini, kami tidak bisa merayakan lebaran. Shalat Id saja sudah tidak bisa karena semua pakaian tertimbun puing-puing bangunan," ujar istri Syafruddin, petani yang membuka sawah di belakang rumahnya itu.

Sebenarnya, Masnur ingin membuka kios di rumahnya itu, sehingga beberapa bulan lalu ia berusaha mengumpulkan dana untuk membangun teras rumah.

"Namun apaboleh buat, Allah berkehendak lain sehingga kondisinya seperti ini. Mudah-mudahan pemerintah memberikan bantuan untuk membangun kembali rumah mereka tersebut," kata ibu seorang putera yang kini menumpang di rumah tetangganya itu.

Suasana Idul Fitri

Suasana Idul Fitri di sejumlah desa di Kecamatan Gumbasa pada Minggu (19/8) nyaris tidak terasa lagi karena hiruk pikuk pengungsian apalagi dengan beredarnya isu akan terjadi bencana air bah karena saat ini telah terbentuk danau besar di hulu sungai Saluki.

Danau besar itu terjadi karena sungai Saluki tertimbun longsoran dan longsoran itu dikhawatirkan akan ambruk bila terjadi gempa susulan sehingga desa-desa di lembah akan tersapu air bah.

"Jadi kami kini sibuk untuk persiapan mengungsi. Meski isu itu tidak jelas, tapi lebih baik kami waspada," ujar seorang ibu yang menggendong bayi dan bersiap berangkat mencari pegunungan untuk berlindung.

Ia mengakui bahwa banyak warga tidak bisa mengikuti Shalat Idul Fitri lagi, padahal masjid-masjid tetap menggelar Shalat Id tersebut.

Namun gema takbir "Allahu Akbar...Allahu Akbar...Allahu Akbar" masih terdengar di masjid-masjid pada Minggu pagi, meski banyak masjid yang tidak bisa menggunakan pengeras suara lagi karena listrik padam total.

Di Posko Utama penampungan dan pelayanan pengungsi di Desa Tuva, Dandim Donggala Letkol Inf Rudy Wahyudijono menggkoordinasikan penyelenggaraan Slahat Id yang diikuti para relawan dan pengungsi serta warga desa sekitar.

Namun demikian, pada siang sampai sore hari, masih tampak sejumlah warga yang berpakaian muslim berkumpul di rumah-rumah warga yang umumnya duduk di teras. Mereka bercengkerama dan tampak saling bersalam-salaman sambil menikmati penganan minuman kaleng dan kue-kue kering.

Para anggota TNI yang berjumlah lebih dari 200 orang tampak sibuk membantu warga membersihkan rumah dari puing-puing bangunan.

Empat mobil ambulans dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sigi dan Provinsi Sulteng serta Badan Penanggulangan Bencana daerah (BPBD) Sigi tampak hilir mudik `meraung-raungkan` sirene di jalan raya untuk membawa para korban ke rumah sakit Undata Palu, sekitar 50 km sebelah utara lokasi bencana.

Ibrahim, seorang warga Desa Saluki, sebuah desa yang juga tertimpa dampak gempa, saat menerima wartawan tampak tetap tersenyum meski teras kiosnya nyaris roboh akibat gempa.

"Ini semua (bencana) terjadi atas kehendak Allah SWT. Jadi kita ambil hikmahnya saja dan tetap bersyukur dan menikmati suasa bahadia di hari Idul Fitri," ujarnya sambil menyodorkan dua toples kue kering dan minuman ringan yang diambil dari kulkas di dalam kios untuk dinikmati bersama.

Sudah enam tewas

Gempa bumi 6,2 skala Richter yang mengguncang Kabupaten Sigi pada Sabtu (18/8) pukul 17.42 WITA diperkirakan berpusat di sekitar Danau Lindu sehingga tiga kecamatan bertetangga di Sigi yakni Kecamatan Lindu, Kulawi dan Gumbasa menjadi daerah terdampak paling berat.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bartolomeus Tandigala mengemukakan Senin, hingga Senin siang, jumlah korban yang meninggal akibat bencana ini telah bertambah menjadi enam orang.

Belum diketahui persis identitas para korban itu namun dikethaui bahwa empat korban berasal dari Kecamatan Lindu, dan satu orang dari Kecamatan Kulawi serta satu lainnya dari Kecamatan Gumbasa.

Bangunan rumah penduduk yang rusak berat dan ringan tercatat 1.097 buah, belum termasuk tujuh buah rumah ibadah, tiga sekolah dan sebuah kantor desa, sementara pengungsi ratusan jiwa.

"Jumlah ini diperkirakan masih akan terus bertambah karena banyak desa yang belum terjangkau, terutama di Kecamatan Lindu karena putusnya akses transportasiu darat," ujar Barto.

BPBD Sulteng sedang mengupayakan pengerahan helikopter untuk menjangkau desa-dsa terisolasi untuk mendistribusikan makanan, pakaian dan obat-obatan serta mengevakuasi para korban yang perlu mendapat perawatan di rumah sakit.

Dinas PU Sulteng juga telah mengerahkan alat-alat berat untuk menggusur longsoran lanah dan pepohonan di jalan provinsi Palu-Kulawi untuk memperlancar evakuasi korban dan distribusi bantuan serta pendataan sarana dan prasarana yang rusak.

Kepala Badan Nasional Penaggulangan Bencana (BNPB) Syamsul Muarif dan Gubernur Sulteng Longki Djanggola akan berkunjung ke lokasi bencana Senin siang ini untuk melihat dari dekat kondisi daerah dan para korban serta bantuan-bantuan yang sangat mendesak yang harus diadakan. (R007)