Tantangan Dan Peluang Ekonomi Sulteng 2014

id ekonomi

Tantangan Dan Peluang Ekonomi Sulteng 2014

Ilustrasi (antara)

Meskipun pengamat memperkirakan pertumbuhan ekonomi kita sekitar 9,7 persen, saya tetap optimistis bisa capai 10 persen mengingat keunggulan yang dimiliki provinsi ini

Palu, (antarasulteng.com) - Sebagai sebuah provinsi yang dinilai memiliki peran besar di kawasan timur Indonesia, Sulawesi Tengah, perlu memetakan kekuatan dan kelemahannya agar bisa melanjutkan kelangsungan pembangunan pada 2014.

Selain itu, daerah ini juga harus bisa melihat tantangan dan peluang ke depan untuk mencapai hasil yang lebih baik lagi dibanding tahun-tahun sebelumnya.

Kepala Bank Indonesia Perwakilan Sulawesi Tengah, Purjoko, mengatakan, salah satu pendekatan untuk memetakan hal itu adalah menggunakan analisis SWOT atau strength (kekuatan), weakness (kelemahan), opportunity (peluang), dan threat (hambatan).

Menurutnya, suatu daerah harus membuat analisis SWOT dengan menekankan kepada kekuatannya untuk menutupi kelemahannya sambil menggunakan peluang-peluang yang yang ada.

Dia mengatakan, salah satu kekuatan utama Sulawesi Tengah saat ini adalah sumber daya alam yang melimpah, mulai dari sub-sektor tanaman bahan makanan, perkebunan, perikanan hingga pertambangan.

Sebut saja komoditas kakao yang walaupun mengalami penurunan produksi dalam tiga tahun terakhir dianggap masih menjadi penopang utama di sektor perkebunan.

Demikian halnya dengan kelapa sawit yang terus mengalami ekspansi di beberapa daerah, seperti di Kabupaten Banggai dan Kabupaten Morowali.

Di sisi lain, perikanan juga menunjukkan pertumbuhan positif. Peningkatan produksi rumput laut, diversifikasi udang vaname dan investasi industri pengolahan ikan merupakan salah satu indikator positif.

Sektor pertambangan di Kabupaten Morowali juga tidak kalah masifnya, dengan 60-an perusahaan yang aktif. Semakin banyaknya perusahaan tambang yang beroperasi berimplikasi pada meningkatnya produksi dan ekspor tambang dari perusahaan ini yang pada gilirannya meningkatkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sulawesi Tengah.

Kekuatan lain yang dimiliki Sulawesi Tengah adalah letak geografis strategis di antara berbagai provinsi di Sulawesi dan Kalimantan.

Kondisi tersebut tentu berdampak positif pada jalur perdagangan yang akan menguntungkan Sulawesi Tengah.

Kelemahan

Purjoko menyebutkan, selain kekuatan di atas Sulawesi Tengah juga masih memiliki kekurangan khususnya dalam kesejahteraan petani. Hal itu tercermin dari Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi ini yang selalu berada di bawah 100 persen.

Untuk ke depannya, selain mendorong produktivitas dan produksi berbagai komoditas unggulan Sulawesi Tengah, pemerintah daerah juga perlu mendorong investasi pabrik pengolahan yang dapat memberikan nilai tambah dari komoditas-komoditas tersebut.

Di sisi lain, walaupun terus mengalami penurunan penduduk miskin, akan tetapi tingkat kemiskinan Sulawesi Tengah masih berada di atas nasional.

Badan Pusat Statistik menyebutkan penduduk miskin di Sulawesi Tengah pada Maret 2013 sebanyak 405.420 orang atau turun 4.180 jiwa dibandingkan pada keadaan September 2012.

Peluang

Sedangkan peluang yang dimiliki Sulawesi Tengah adalah potensi pengembangan perekonomian masih sangat besar.

Berdasarkan data dari Bank Indonesia diperoleh informasi bahwa rasio kredit terhadap PDRB (atas dasar harga berlaku) baru mencapai 28,48 persen. Artinya ruang untuk penambahan cabang bank dan penyaluran kredit di Sulawesi Tengah saat ini masih besar.

Di Sulawesi Tengah saat ini baru ada 19 kantor cabang bank umum dan sembilan kantor cabang Bank Perkreditan Rakyat.

Saat ini jumlah penduduk Sulawesi Tengah yang di akhir tahun 2013 diperkirakan mencapai 2.786 ribu orang dan luas provinsi ini mencapai 68.033 km persegi.

Purjoko yakin masyarakat akan semakin mudah mendapat akses ke bank. Saat ini satu dari 13 warga Sulawesi Tengah yang telah memiliki rekening atau berhubungan dengan bank.

Dengan program "financial inclusion" yang diluncurkan Bank Indonesia maka akses masyarakat terhadap perbankan diharapkan semakin meningkat dan beridampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Di sisi lain, katanya, arus investasi yang semakin meningkat di Sulawesi Tengah juga menjadi peluang bagi pelaku ekonomi di kawasan ini.

Dia menyebutkan pembangunan perusahaan LNG Donggi Senoro, PLTA Sulewana, pembangunan infrastruktur bandara di berbagai kabupaten serta penetapan Palu sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dapat menjadi katalisator arus investasi baik penanaman modal asing (PMA) maupun penanaman modal dalam negeri (PMDN) yang lebih besar lagi.

Ia berharap ke depannya, selain sektor perdagangan, hotel dan restoran serta konstruksi yang semakin marak di Sulawesi Tengah, investasi juga diarahkan pada hilirisasi produk-produk utama seperti kakao, rumput laut, kopra maupun komoditas perikanan lainnya.

Selain memberikan dampak positif pada peningkatan daya saing produk dari Sulawesi Tengah, kebijakan ini juga membantu peningkatan nilai tukar petani dan kesejahteraannya.

Lebih lanjut dia mengatakan, pelaku ekonomi di Sulawesi Tengah juga dihadapkan pada peluang usaha yang berkaitan dengan Pemilu 2014.

Meningkatnya konsumsi pemerintah dan swasta memberikan pilihan bagi masyarakat dalam bisnis yang berkaitan dengan pesta demokrasi itu.

Pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) diharapkan dapat mengoptimalkan peluang ini dengan lebih baik.

Menurutnya, hal lain yang tidak kalah penting adalah faktor keamanan. Situasi keamanan yang kondusif juga akan memicu kinerja baik investasi di provinsi beribukota Palu ini. "Keamanan yang baik

berpengaruh positif pada sektor ekonomi lainnya," katanya.

Ancaman

Sementara permasalahan yang sering dihadapi baik di tingkat daerah maupun nasional adalah infrastruktur. "Ini masalah klasik tapi penting," katanya.

Di tengah kondisi pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah yang terus meningkat bahkan di atas nasional, pemerintah bersama swasta perlu terus menambah infrastruktur baik itu jalan, energi, pelabuhan, bandara maupun infrastruktur penunjang lainnya.

Dalam hal ini porsi belanja modal APBD di tingkat provinsi maupun kabupaten perlu terus ditingkatkan demi penambahan infrastruktur yang lebih memadai.

Purjoko menyebutkan ancaman lainnya adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Sulawesi Tengah pada 2011 sebesar 71,62 atau masih berada di bawah nasional sebesar 72,77. Walaupun berada dalam kategori menengah, namun secara nasional, IPM Sulawesi Tengah berada di peringkat 22 dari 33 provinsi di Indonesia.

Dalam hal ini peningkatan kualitas SDM baik dari tingkat pendidikan, kesehatan maupun daya beli penting untuk dijadikan prioritas utama pemerintah daerah.

Hal itu selain untuk mempersiapkan SDM yang handal dalam menghadapi arus investasi yang semakin besar di Sulawesi Tengah, juga untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN yang dilaksanakan pada 2015.

Purjoko berharap dengan menggunakan kekuatan (strength) dan mengoptimalkan peluang (opportunity) serta mengatasi kelemahan (weakness), dan meminimalkan ancaman (threat) yang ada maka pertumbuhan "double digit" ekonomi Sulawesi Tengah pada 2014 bukan mustahil dapat tercapai sehingga kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan dapat ditingkatkan.

Bank Indonesia memperkirakan ekonomi Sulawesi Tengah pada triwulan IV/2013 tumbuh sebesar 8,11 persen secara tahunan, atau lebih rendah dibandingkan dengan triwulan III/2013 yang sebesar 10,07 persen, ataupun periode yang sama tahun sebelumnya 10,97 persen.

Sementara Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Sulawesi Tengah, Pattatope, mengaku optimistis pertumbuhan ekonomi daerahnya pada 2014 juga akan mencapai 10 persen

"Meskipun pengamat memperkirakan pertumbuhan ekonomi kita sekitar 9,7 persen, saya tetap optimistis bisa capai 10 persen mengingat keunggulan yang dimiliki provinsi ini," katanya.(skd)

Pewarta :
Editor : Santoso
COPYRIGHT © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.