Jakarta - Sejarawan Taufik Abdullah berharap ulama hendaknya tidak mempertajam konflik yang terjadi di daerah dengan mengeluarkan fatwa yang dapat memperkeruh suasana.
"Seperti yang terjadi ketika penyerangan terhadap kelompok Ahmadyah di Parung. Tidak lama kemudian, malah keluar fatwa yang menyatakan jika Ahmadyah itu sesat. Itu seakan mempertajam masalah dan melegalkan penyerangan yang dilakukan," ujar Taufik dalam acara sillaturahim tokoh bangsa dengan tema "Toleransi di Tengah Keberagaman" di Pusat Dakwah Muhammadyah, Jakarta, Kamis.
Begitu juga, katanya, ketika terjadi kerusuhan di Sampang. Tak lama kemudian, MUI Sampang dan Jawa Timur langsung mengeluarkan fatwa bahwa Syiah itu haram.
"Mestinya masalah-masalah yang ada diselesaikan terlebih dahulu, jangan langsung dilakukan analisa," katanya.
Dia menilai, ulama yang ada di Tanah Air banyak yang kurang mengerti dengan kondisi yang terjadi di masyarakat.
Ketua PP Muhammadyah, Din Syamsudin, mengatakan perlu dilakukan dialog untuk menyelesaikan persoalan yang terjadi di Sampang itu.
"Saya tidak setuju dengan fatwa MUI Sampang dan Jatim itu. Selama masih berada dalam lingkaran syahadat, maka itu adalah Muslim," katanya.
Din juga meminta agar para ulama yang tergabung dalam MUI tidak mudah mengeluarkan fatwa yang dikhawatirkan bisa menciptakan intoleransi di Tanah Air. (Ant)