Morowali Segera Miliki Cold Storage Dan ABF

id ikan, tuna, pelabuhan

Morowali Segera Miliki Cold Storage Dan ABF

Rahman, seorang nelayan du Bungku yang ditemui Sabtu (23/2) mengaku sering membuang ikan ke laut karena membusuk akibat tidak ada es batu. (ANTARANews/Rolex Malaha)

Hampir setiap hari nelayan mengeluh tidak ada es batu dan susah dapat solar. Kalau pun ada, jumlahnya sangat terbatas dan harganya tinggi," katanya.

Palu (antarasulteng.com) - Para nelayan penangkap ikan laut di Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah, segera memiliki dua buah gudang pembekuan (cold storage) dan dua buah lemari pendingin (air blast freezer-ABF) yang sedang dibangun pemerintah setempat sehingga kesulitan petani dalam mengawetkan hasil tangkapannya akan teratasi secara bertahap.

Kedua sarana pengawetan ikan itu, kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Morowali Drs Emil, MSi, Senin, berlokasi di Kota Bungku, Ibu Kota Kabupaten Morowali dan Desa Mo`ahino, Kecamatan Bungku Barat, keduanya adalah sentra perikanan tangkap di daerah tersebut.

Menurut Emil, di Kota Bungku sedang dikerjakan pembangunan cold storage berkapasitas 20 ton dan ABF delapan ton pada kawasan Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) yang dibangun Pemkab Morowali dengan memanfaatkan pinjaman Bank Dunia senilai Rp19 miliar.

Sementara di Desa Mo`ahino, sekitar 65 km utara Kota Bungku, sedang dipersiapkan pembangunan cold storage berkapasitas 30 ton dan ABF empat ton menggunakan dana bantuan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) 2013 senilai Rp1,2 miliar.

"Semua sarana tersebut akan beroperasi sebelum akhir tahun 2013 ini, bahkan cold storage di Kota Bungku dijadwalkan selesai pada Juli 2013," kata Emil.

Menurut Emil, pihaknya memilih Desa Mo`ahino sebagai lokasi pembangunan cold sotorage dan ABF karena desa itu sudah sejak lama menjadi pusat pendaratan ikan dengan fasilitas yang sangat tradisional dan pemerintah desa juga menyerahkan lahan untuk lokasi pembangunannya.

Ia juga sudah mengusulkan bantuan dari KKP untuk membangun solar paket dealer nelayan (SPDN) karena sampai saat ini daerah itu belum memilikinya sehingga nelayan sangat sering mengeluhkan kesulitan mendapatkan bahan bakar untuk melaut.

Pihaknya sudah menyiapkan lokasi di Desa Ulunambo, Kecamatan Menui Kepulauan atau Desa Sambalangi, Kecamatan Bungku Timur, yang sangat jauh dari lokasi stasiun pengisian bahan bakar untuk umum (SPBU) sehingga nelayan mudah menjangkaunya.

"Sebenarnya kami sudah memiliki SPDN di sekitar Kota Bungku namun hingga kini belum bisa beroperasi karena belum memenuhi persyaratan PT Pertamina," ujarnya.

Emil mengatakan bahwa kendala utama dalam meningkatkan produksi perikanan tangkap dan kesejahteraan nelayan di daerahnya adalah keterbatasan sarana berupa ruang pendingin dan pembekuan ikan, pabrik es balok dan ketersediaan bahan bakar dalam jumlah yang cukup dan harga terjangkau.

"Hampir setiap hari nelayan mengeluh tidak ada es batu dan susah dapat solar. Kalau pun ada, jumlahnya sangat terbatas dan harganya tinggi," katanya. (R007)


Editor : Rolex Malaha
COPYRIGHT © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.