Legislator Sulteng : Perlu ada aturan budidaya kerbau

id KERBAU NAPU

Legislator Sulteng : Perlu ada aturan budidaya kerbau

Warga mengembala kerbau di kadang kerbau, di Desa Wino Wanga, Kecamatan Lore Timur, Kabupaten Poso. (Foto : Muhammad Hajiji)

Memang ternak ini sudah mulai berkurang, sudah mulai langkah di Kabupaten Poso khususnya di dataran Lore. Temuan saya, karena harganya yang mahal dan tuntutan kebutuhan maka ternak ini satu persatu dijual oleh warga/petani
Palu (ANTARA) - Anggota DPRD Sulawesi Tengah (Sulteng), Sony Tandra di Palu, Rabu, mengemukakan perlu ada aturan ditingkat Kabupaten Poso yang mengatur secara khusus mengenai budidaya ternak kerbau di kabupaten tersebut.

"Misalkan kalau di tingkat desa, mungkin perlu ada Peraturan Desa (Perdes) kalau di tingkat kabupaten mungkin perlu ada Perda. Agar kerbau tidak cepat punah/habis," ucap dia.

Sony Tandra merupakan Politisi Partai NasDem dari daerah pemilihan Kabupaten Poso, pernyataannya berkaitan dengan mulai berkurangnya hewan ternak kerbau di Desa Winowanga Kecamatan Lore Timur, Kabupaten Poso.

Aturan yang dibuat di tingkat kabupaten atau desa harus berorientasi pada budidaya kerbau secara maksimal, yang selain sebagai bentuk kearifan lokal juga sebagai penunjang peningkatan kesejahteraan masyarakat khususnya petani kerbau.

"Memang ternak ini sudah mulai berkurang, sudah mulai langkah di Kabupaten Poso khususnya di dataran Lore. Temuan saya, karena harganya yang mahal dan tuntutan kebutuhan maka ternak ini satu persatu dijual oleh warga/petani," jelasnya.

Tidak ada masalah, bila petani menjual ternak tersebut, karena tuntutan kebutuhan hidup. Namun, alangkah baiknya,  sebelum dijual biarkan ternak berkembangbiak terlebih dahulu, tambahnya.

Sebelumnya Warga Lore di Desa Winowanga Kecamatan Lore Timur, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah mengharapkan pemkab dan pemprov setempat membantu bibit kerbau jantan, sebagai bentuk upaya menjaga keberlangsungan hidup kerbau dari kepunahan.

"Yang paling utama dan yang sangat kami harapkan dapat dibantu yaitu bibit kerbau jantan," kata Kepala Desa Winowanga, Alpius Rangka.

Hewan kerbau di Sulawesi Tengah hanya ada di dataran Lembah Lore dan Bada. Namun, hewan kerbau terbanyak ada di Desa Winowanga. Bahkan di desa tersebut, terdapat pusat pemeliharaan peternakan hewan kerbau.

Alpius Rangka mengakui bahwa saat ini hewan kerbau di daerah itu mulai mendekati kepunahan. Hal itu dipengaruhi beberapa faktor antara lain, kurangnya kerbau jantan dan bibit kerbau jantan.

Baca juga: Pemprov diminta antisipasi penurunan populasi kerbau di Lore
Baca juga: Pemerintah Poso-Sulteng diharap bantu bibit kerbau jantan untuk warga Lore



Kemudian, hewan kerbau mati karena terjatuh di lubang atau jurang. Faktor lain yaitu dijual oleh pemilik karena kebutuhan ekonomi.

"Untuk penculikan itu tidak ada sama sekali, yang ada ialah mati karena terjatuh, dijual oleh pemilik, serta karena kurangnya bibit kerbau jantan," ujar dia.

Saat ini, jumlah kerbau yang dipelihara atau digembala karena telah jinak sekitar 200 kerbau. Sementara kerbau yang liar atau belum jinak berjumlah sekitar 100 ekor. Kerbau tersebut berada dalam kawasan pemeliharaan seluas 2.000 hektare di ujung desa tersebut.

Ketua Adat Desa Winowanga S.N Ama menguraikan Desa Winowanga mengemukakan bahwa, harga satu ekor kerbau paling standar Rp20 juta dan paling tinggi Rp50 juta.

"Kalau kerbau yang harganya Rp50 juta yaitu kerbau yang kepalanya putih atau yang warnanya bercampur," sebut dia.

Ia mengaku bahwa warga dari Toraja, Sulawesi Tengah biasanya datang membeli kerbau di Desa Winowanga, bahkan mereka membeli kerbau yang kepalanya berwarna putih dengan harga Rp50 juta.
Hewan kerbau yang dipelihara warga Desa Winowanga di areal peternakan. (ANTARA/Muhammad Hajiji)