Pemerintah Poso-Sulteng diharap bantu bibit kerbau jantan untuk warga Lore

id Lore,Festival Lembah Lore,Kerbau ,Napu,Poso

Pemerintah Poso-Sulteng diharap bantu bibit kerbau jantan untuk warga Lore

Hewan kerbau yang dipelihara warga Desa Winowanga di areal peternakan. (ANTARA/Muhammad Hajiji)

Poso, Sulawesi Tengah (ANTARA) - Warga Lore di Desa Winowanga Kecamatan Lore Timur, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah mengharapkan pemkab dan pemprov setempat membantu bibit kerbau jantan, sebagai bentuk upaya menjaga keberlangsungan hidup kerbau dari kepunahan.

"Yang paling utama dan yang sangat kami harapkan dapat dibantu yaitu bibit kerbau jantan," kata Kepala Desa Winowanga, Alpius Rangka, di Winowanga, Sabtu.
Seorang perempuan memberi minum ternak kerbau yang dipelihara secara turun temurun berdasarkan tradisi di Desa Winomanga, Lore Timur, Poso, Sulawesi Tengah, Sabtu (21/9/2019). ANTARA FOTO/Basri Marzuki/aww.
Hewan kerbau di Provinsi Sulawesi Tengah hanya ada di dataran Lembah Lore dan Bada. Namun, hewan kerbau terbanyak ada di Desa Winowanga. Bahkan di desa tersebut, terdapat pusat pemeliharaan peternakan hewan kerbau.

Kepala Desa Winiwanga, Alpius Rangka mengakui bahwa saat ini hewan kerbau didaerah itu mulai mendekati kepunahan. Hal itu dipengaruhi beberapa faktor antara lain, kurangnya kerbau jantan dan bibit kerbau jantan.

Kemudian, hewan kerbau mati karena terjatuh di lubang atau jurang. Faktor lain yaitu dijual oleh pemilik karena kebutuhan ekonomi.

"Untuk penculikan itu tidak ada sama sekali, yang ada ialah mati karena terjatuh, dijual oleh pemilik, serta karena kurangnya bibit kerbau jantan," ujar dia.

Saat ini, jumlah kerbau yang dipelihara atau digembala karena telah jinak sekitar 200 kerbau. Sementara kerbau yang liar atau belum jinak berjumlah sekitar 100 ekor. Kerbau tersebut berada dalam kawasan pemeliharaan seluas 2.000 hektare di ujung desa tersebut.

Selain berharap bantuan bibit, kata Alpius Rangka dalam upaya pelestarian hewan kerbau dan demi keamanan, maka pemerintah diharap dapat membantu pembangunan pagar di lahan gembala kerbau seluas 2.000 hektare tersebut.

Sementara itu, Ketua Adat Desa Winowanga S.N Ama menguraikan Desa Winowanga ada sejak tahun 1818, dan saat itu pula pembangunan kandang dan upaya pelestarian dilakukan.

"Karena itu berdasarkan data dari pemerintah dan diakui oleh Pemkab Poso bahwa hanya Desa Winiwanga yang memiliki area peliharaan hewan kerbau dan kandang," kata S.N Ama, di desa tersebut.

Ia mengemukakan hewan kerbau yang dipelihara oleh warga desa setempat dalam area peternakan pernah dikunjungi dan dilihat langsung oleh pemerintah mulai dari Pemkab Poso, Pemprov Sulteng dan pemerintah pusat bahkan dari luar negeri.

Karena itu, kata dia, yang paling dibutuhkan saat ini yaitu bantuan bibit kerbau jantan dan pembangunan pagar. Selain karena jumlahnya banyak dan berbadan besar serta tinggi.

Hewan kerbau di desa itu juga memiliki keunikan lain yakni tanduknya ke bawah atau dalam bahasa daerah setempat disebut (tanduk ntolu nnou).

Selain itu, ada sebagian kerbau yang kepalanya berwarna putih dan ada sebagian yang warnanya bercampur (belang-belang).

Ketua adat tersebut mengemukakan bahwa, harga satu ekor kerbau paling standar Rp20 juta dan paling tinggi Rp50 juta.

"Kalau kerbau yang harganya Rp50 juta yaitu kerbau yang kepalanya putih atau yang warnanya bercampur," sebut dia.

Ia mengaku bahwa warga dari Toraja, Sulawesi Tengah biasanya datang membeli kerbau di Desa Winowanga, bahkan mereka membeli kerbau yang kepalanya berwarna putih dengan harga Rp50 juta.

 
Seorang perempuan memberi minum ternak kerbau yang dipelihara secara turun temurun berdasarkan tradisi di Desa Winomanga, Lore Timur, Poso, Sulawesi Tengah, Sabtu (21/9/2019). ANTARA FOTO/Basri Marzuki/aww.


 
Ketua Adat Desa Winowanga S.N Ama (ANTARA/Muhammad Hajiji)