Tarian Dero Dipamerkan Di Jambi

id Dero, Poso, Lukisan

Tarian Dero Dipamerkan Di Jambi

Tarian dero yang ditarikan oleh sekelompok orang. (upicmilanello.blogspot.com)

Hapri : "Sekarang sudah pakai musik elekton sehingga fungsi hiburannya lebih dominan,"
Palu (antarasulteng.com) - Tarian dero yang sudah melegenda di Sulawesi Tengah dipamerkan dalam bentuk lukisan di Taman Budaya Jambi pada Pameran Seni Rupa Besar di Jambi.

Pameran dalam ajang temu karya taman budaya se Indonesia 2013 itu diikuti oleh seluruh taman budaya di Indonesia selama lima hari dan berakhir 8 Juni 2013.

Pelukis Kota Palu Fathudin Mujahid, Minggu, di Palu mengatakan dirinya menampilkan lukisan berjudul dance modero karena dero merupakan konsep hidup bersama yang diekspresikan dalam bentuk seni tari yang dapat melibatkan orang dalam jumlah tak terbatas.

"Tari tradisi ini kemudian bermetamorfosis menjadi tari pergaulan muda mudi di Sulawesi Tengah," kata Fathudin.

Dasar gerak tari dero adalah berpegangan tangan, bergerak melingkar berlawanan arah jarum jam diiringi musik berirama chacha. Tari ini memiliki ciri khas yang selalu melangkah ke kanan sehingga membuat penarinya berputar terus menerus berlawanan jarum jam.

"Sekarang tari ini dikembangkan lagi dengan gerak dan musik yang lebih dinamis tetapi tidak meninggalkan gerak-gerak dasar dan maknanya," kata Fathudin.

Dero yang syarat makna sosial dan ritual itulah sehingga Fathudin tertarik untuk melukiskannya di atas kanvas 163 x 80 centimeter.

Konon dero berasal dari Kabupaten Poso yang ditarikan oleh masyarakat suku Pamona. Dero ini menjadi simbol persatuan masyarakat Poso. Namun makna-makna dero tercabik-cabik setelah konflik Poso berkecamuk tahun 2000.

Sosiolog Universitas Tadulako Palu Hapri K Poigi mengatakan dero adalah konsep hidup bersama antara sesama manusia dan manusia dengan alam.

"Belakangan dero mengalami transformasi baik bentuk maupun strukturnya," kata Hapri.

Dulu, kata Hapri, dero tampil sendiri-sendiri. Belum bergandengan tangan seperti yang ditarikan orang sekarang. Fungsinya pun masih fungsi ritual. Sekarang sudah mengalami transformasi menjadi seni dan hiburan.

"Sekarang sudah pakai musik elekton sehingga fungsi hiburannya lebih dominan," katanya.

Hapri mengatakan, dulu iringan musik dero sederhana dengan lagu-lagu sastra pantun yang mengandung banyak makna. Pada sastra pantun itulah dero tampil sebagai tari pemersatu.

Menurut Hapri, jika melihat bentuk tari berupa lingkaran orang saling bergandengan tangan dan melingkar dero memiliki kemiripan dengan tradisi tari suku-suku asli Afrika, Aborigin.***