Menggalang donasi dengan memupuk empati

id pmi,bulan dana PMI,bantuan kemanusiaan,palang merah,donasi,artikel

Menggalang donasi dengan memupuk empati

Petugas PMI Jakarta Barat dan tim gabungan menyiapkan paket makanan untuk korban kebakaran di Jalan Krendang Utara, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat, Jumat (8/9/2023). ANTARA/ Donny Aditra

Jakarta (ANTARA) - "Saya tidak tahu beli makanan dan obat-obatan pakai apa. Untung PMI bantu kami," ucap Suherni memelas. Perempuan paruh baya itu salah seorang dari 256 korban kebakaran di Jalan Krendang Utara, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat, pada 7 September.

Setelah hartanya ludes terbakar dan kehilangan tempat tinggal, ia kini hanya menggantungkan hidupnya dari bantuan orang lain. Oleh karena itu, ia merasa kehadiran PMI meringankan para korban kebakaran di kawasan itu.

Kebanyakan orang hanya mengenal Palang Merah Indonesia (PMI) sebagai tempat yang menggalang donor darah dan menyediakannya bagi masyarakat yang membutuhkan darah. Padahal organisasi itu banyak berkontribusi dalam kegiatan lain di bidang sosial.

Dalam aktivitasnya, PMI berperan membantu Pemerintah dengan memegang teguh prinsip dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional, seperti kemanusiaan dan kesukarelaan.

Menjalankan tugas kemanusiaan menjadi salah satu fungsi PMI membantu Pemerintah melalui kegiatan penanggulangan dampak bencana bagi masyarakat. Bantuan medis dan penanganan trauma kerap dilakukan petugas dari organisasi yang berdiri sejak 17 September 1945 itu.

Setiap denyut welas asih itu tentu tidak bisa dilakukan dengan tangan kosong atau tanpa dukungan biaya operasional. Layaknya sebuah perusahaan yang memiliki dapur tempat berproduksi dan membutuhkan bahan baku, PMI juga perlu uang untuk melakukan kegiatannya.

Selama ini penggalangan bantuan dana  terkesan pasif, seperti menunggu "tangan Tuhan" melalui para donatur berjiwa empati tinggi. Namun, dengan semakin banyaknya kebutuhan dan tuntutan kegiatan, sikap menunggu dinilai tidak relevan lagi untuk dilakukan.

Oleh karena itu, guna memenuhi kebutuhan pembiayaan maka sesuai dengan UU No. 1 Tahun 2018 tentang Kepalangmerahan, salah satu sumber dana organisasi berasal dari donasi masyarakat yang tidak mengikat, yaitu melalui kegiatan Bulan Dana PMI yang dilaksanakan secara rutin setiap tahun.

Kegiatan menghimpun dana itu dilakukan selama 3 bulan, mulai dari September hingga November. Tentu, keterlibatan semua pihak sangat penting untuk membantu PMI agar bisa terus "memacu mesin" guna menolong masyarakat.


Peran Pemerintah

DKI Jakarta sebagai Ibu Kota Negara, selama ini selalu menjadi provinsi yang berkontribusi menambah kas PMI. Hal itu terbukti dari target 2022 sebanyak Rp33,3 miliar bisa terpenuhi dan bahkan mencapai Rp36,86 miliar.

"Pada 2023, PMI DKI Jakarta menargetkan pemasukan Rp40 miliar dari lima kota dan satu kabupaten", kata Ketua Bidang Komunikasi dan Informatika PMI Provinsi DKI Jakarta Mansyur Azis.

Pemerintah memang serius dalam beberapa tahun terakhir untuk membantu organisasi kemanusiaan itu. Hal itu terbukti dengan kepanitiaan Bulan Dana PMI yang diisi para pejabat Pemerintah.

Bahkan untuk 2023, panitia Bulan Dana PMI di Jakarta Barat diketuai oleh Wakil Wali Kota Jakarta Barat Hendra Hidayat dan diisi seluruhnya oleh para pejabat suku dinas di Pemkot Jakbar.

Komposisi kepanitiaan tersebut diyakini akan mampu memaksimalkan bantuan dari berbagai pihak, seperti internal instansi Pemerintah, swasta atau pelaku usaha, dan masyarakat.

PMI Kota Jakarta Barat, misalnya, menargetkan Rp6,5 miliar pada tahun ini. Angka itu diyakini bisa tercapai karena kepanitiaan tahun sebelumnya bisa mendapat Rp6,6 miliar dari target yang ditetapkan sebanyak Rp6 miliar.

Pada 2022, target pengumpulan dana di Jakbar sebagian besar didominasi dari dunia pendidikan, yaitu dari para murid dan guru di sekolah-sekolah di kota tersebut.

Oleh karenanya, panitia akan memaksimalkan pengumpulan dana kemanusiaan dari sektor swasta karena memiliki potensi yang beragam seperti dari ratusan perusahaan, pasar-pasar, dan pelaku usaha.

Wakil Wali Kota Jakarta Barat Hendra Hidayat mengatakan berhubung dirinya menjadi ketua maka setiap suku dinas yang ada diminta "jemput bola" ke pemangku kepentingan dari instansi masing-masing agar usaha membantu PMI bisa optimal.

Selain itu, pemkot juga telah mendata lebih dari 100 perusahaan yang menjadi target sosialisasi untuk diajak membantu mengumpulkan dana sosial kepada panitia.


Kolaborasi menggalang dana

Dalam menghimpun dana, PMI DKI Jakarta selalu berkolaborasi dengan para pemangku kepentingan sebagai upaya untuk memaksimalkan penghimpunan donasi.

Menyebar proposal, menempatkan kotak bantuan di mal-mal, kafe, dan pusat kegiatan ekonomi lain terus dilakukan guna menyentuh langsung masyarakat yang ingin berdonasi, kata Mansyur Azis, pengurus PMI DKI Jakarta.

Gunadi yang merupakan pemilik rumah makan di Jalan Jatiwaringin Raya, Jakarta Timur, mengaku siap menyosialisasikan program Bulan Dana PMI kepada setiap pengunjung agar mereka tergerak untuk memberi donasi.

Walaupun sibuk mengurus usahanya, bagi dia, tidak ada ruginya mempromosikan kepada para tamu yang datang, karena dana itu nantinya juga dipakai untuk masyarakat luas yang membutuhkan.

Riki, orang tua yang anaknya sekolah di Jaksel, mengaku antusias menyambut momentum pengumpulan dana PMI itu karena bisa mengajarkan anaknya agar selalu berempati dengan cara menyisihkan uang jajan untuk didonasikan.

Untuk mengampanyekan momentum penggalangan dana, pengurus PMI Pusat dan wilayah selalu menyampaikan bahwa dana sosial itu sebagian besar dipakai untuk bantuan penanggulangan bencana alam, seperti peristiwa kebakaran dan banjir di suatu daerah.

"Sejak Januari 2023, sudah 77 kali PMI Jakbar membantu masyarakat, hanya dari peristiwa kebakaran, belum lagi kegiatan yang lainnya," kata Ketua PMI Jakarta Barat Beky Mardani.

Setiap dana yang terkumpul akan digunakan PMI sebagai sumber pembiayaan operasional, memberi bantuan makanan, medis, kegiatan sosial, dan pelatihan sukarelawan.

Jika tidak ada bencana atau peristiwa, dana akan dipakai untuk mendidik sukarelawan di tingkat sekolah sehingga bisa menjadi kader-kader peduli kemanusiaan seperti Palang Merah Remaja (PMR).

Masyarakat atau donatur tidak perlu khawatir dana yang dikumpulkan akan diselewengkan dan dikorupsi penggunaannya. Karena, setiap pengurus PMI di tingkat pusat sampai wilayah selalu menggunakan akuntan publik untuk mempertanggungjawabkan laporan keuangannya serta diawasi oleh pengawas internal.

Kerja nyata PMI yang didukung puluhan ribu sukarelawan selama ini telah membuktikan kiprah organisasi kemanusiaan ini. Melalui jaringannya hingga akar rumput, PMI mampu meringankan penderitaan banyak orang.

Bukan saja pasien-pasien di rumah sakit yang membutuhkan darah, "tangan-tangan" PMI juga menjangkau mereka yang tengah didera bencana.

Bagi PMI, empati warga yang diwujudkan dalam bentuk donasi, baik darah, harta, maupun tenaga, mampu meringankan beban para korban, bahkan menyelamatkan jiwa.