Peneliti IPB: Tembakau alternatif jadi pilihan kurangi merokok

id nikotin,tembakau alternatif,rokok,berhenti merokok,rokok elektrik,kantong nikotin

Peneliti IPB: Tembakau alternatif jadi pilihan kurangi merokok

Penjual menata rokok elektrik di salah satu toko di Pekayon, Jakarta Timur, Selasa (27/12/2022). Pakar menilai produk tembakau alternatif seperti rokok elektronik, produk tembakau yang dipanaskan, dan kantong nikotin memiliki potensi besar untuk membantu menurunkan prevalensi merokok secara global karena menerapkan pendekatan pengurangan bahaya tembakau. (ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha/foc.)

Jakarta (ANTARA) - Peneliti Departemen Kimia Institut Pertanian Bogor (IPB) Mohammad Khotib mengatakan produk tembakau alternatif dapat menjadi pilihan bagi perokok dewasa yang selama ini kesulitan berhenti dari kebiasaan merokok.
 
Menurut dia, pemanfaatan tembakau alternatif membuat potensi risiko kesehatan dapat berkurang dibandingkan dengan lanjut merokok.

"Menghalangi orang untuk tidak merokok akan berat sekali, sehingga salah satu cara yang bisa digunakan adalah memanfaatkan produk tembakau alternatif yang lebih rendah risiko. Hal ini bisa digunakan untuk mengurangi risiko kesehatan yang ditimbulkan,” kata Khotib dalam keterangan di Jakarta, Senin.
 
Ia mengatakan tembakau alternatif berupa rokok elektrik, produk tembakau yang dipanaskan, dan kantong nikotin juga sering dicap sama berbahayanya dengan rokok lantaran mengandung nikotin. Padahal, produk alternatif tersebut punya profil risiko lebih rendah ketimbang rokok.
 
Akademisi Kesehatan Masyarakat di Universitas Auckland, Selandia Baru, Marewa Glover mengungkapkan informasi yang keliru terhadap nikotin menjadi penghalang utama bagi perokok dewasa untuk beralih ke produk tembakau alternatif yang memiliki risiko lebih rendah ketimbang rokok.
 
“Pemahaman keliru tentang nikotin telah membuat sebagian perokok dewasa enggan menggunakan produk tembakau alternatif seperti rokok elektronik, produk tembakau yang dipanaskan, dan kantong nikotin,” kata Marewa.
 
Organisasi penelitian kanker independen dari Inggris, Cancer Research UK, menyebutkan bahwa nikotin bukan pemicu utama atas penyakit yang berkaitan dengan merokok serta bukan penyebab utama kanker, tetapi TAR.
 
Hal tersebut diperkuat oleh data National Cancer Institute Amerika Serikat yang mengungkapkan bahwa TAR mengandung berbagai senyawa karsinogenik pemicu kanker.

Dari sekitar 7.000-an bahan kimia yang ada di dalam asap rokok, sebanyak 2.000-an di antaranya terdapat pada TAR. Maka, zat kimia berbahaya yang menyebabkan penyakit berbahaya terkait kebiasaan merokok adalah TAR akibat pembakaran, bukan nikotin.
 
“Perokok dewasa perlu diberikan edukasi dalam penerapan produk tembakau alternatif yang lebih rendah risiko (daripada rokok) untuk beralih dari kebiasaannya. Dengan demikian, hal ini dapat mempercepat penurunan penyakit yang berhubungan dengan merokok,” kata Marewa.
 
Koordinator Corporación Acción Técnica Social Kolombia, platform layanan pengurangan risiko tembakau, Maria Alejandra Medina menjelaskan produk tembakau alternatif berpotensi menjadi solusi untuk menekan penyakit yang berkaitan dengan merokok.
 
Dia menuturkan bahwa sebagian produk alternatif tersebut memanfaatkan sistem pemanasan, sehingga risikonya lebih rendah dibandingkan proses pembakaran pada rokok.

“Pendekatan pengendalian tembakau yang menerapkan pengurangan risiko tembakau seperti produk tembakau alternatif dapat dioptimalkan pemerintah dalam mengurangi prevalensi merokok,” kata Maria.