Adat Mepantodui dan Rego sambut SMN Bangka Belitung

id BUMN Hadir,SMN,Antara Palu

Adat Mepantodui dan Rego sambut SMN Bangka Belitung

Ketua Adat Desa Mataue Marten meletakkan kapak diatas kepala Heni diikutkan beberapa ungkapan dalam prosesi adat Mepantodui, tepat di lantai teras Kantor Kepala Desa Mataue, Sabtu 11/8.

Kulawi, Sulawesi Tengah,  (Antaranews Sulteng) - Adat mepantodui (baru menginjakkan kaki) dan Tarian Rego (penyambutan tamu) khas daerah Kulawi, ditampilkan warga menyambut 23 peserta Siswa Mengenal Nusantara (SMN) dari Bangka Belitung, di Desa Mataue, Sabtu..

Tarian Rego di tampilkan warga desa setempat mengenakan pakaian adat lengkap, tanpa mengenakan alas kaki. Tarian ini diiringi dentungan alat musik tradisional yang oleh warga setempat dalam bahasa daerah Moma disebut (gima).

Tarian itu diikutkan dengan ungkapan-ungkapan dalam bahasa daerah (inolu) saat menyambut tamu.

"Tomancupa wongi, to lako rata, (selamat datang para tamu)," salah satu kalimat yang diungkap dalam Tarian Rego.

"Ini ungkapan pertama dalam Tarian Rego tersebut. Ini menunjukkan keterbukaan dan hormat masyarakat kepada tamu," ujar salah satu anggota lembaga adat Desa Mataue, Harto disela-sela penyambutan 23 peserta SMN, di Mataue.

Ungkapan kedua, lanjut Harto, kedatangan kalian kami sambut dengan senang hati. Ketiga, Tuhan selalu beserta kita.

Setelah berdiri beberapa menit disambut dengan tarian tersebut, 23 peserta dan pendamping serta penanggung jawab SMN di Sulawesi Tengah dipersilahkan masuk ke tempat acara.
 
Tarian Rego Kulawi di tampilkan warga mengenakan pakaian adat lengkap menyambut kedatngan peserta Siswa Mengenal Nusantara (SMN) di Desa Mataue, Sabtu 11/8. (Antaranews Sulteng/ Muhammad Hajiji) (Antaranews Sulteng/ Muhammad Hajiji)

Tepat di lantai teras Kantor Kepala Desa Mataue, rombongan disambut dengan Adat Mepantodui. Terdapat sebuah kapak diletakkan di talang, kemudian diinjak oleh penanggung jawab program SMN untuk Provinsi Sulawesi Tengah dari PT Wijaya Karya (Persero) Tbk, Heni Pusbintari.

Saat itu semu peserta berbaris di belakang Heni Pusbintari sambil berpegang tangan. Beberapa ungkapan dalam bahasa daerah diucapkan oleh Ketua Adat Desa Mataue saat Heni Pusbintari menginjak kapak di talang tersebut.

Setelah itu kapak yang berada di talang, diangkat oleh Ketua Adat dan diletakkan diatas kepala Heni diikutkan beberapa ungkapan.

"Kapak diletakkan di kepala, dan menginjak kapak di talang, mengartikan bahwa tubuh dan roh lebih kuat ketimbang kapak tersebut," ujar Harto.

Setelah itu Heni diminta untuk memegang ujung selembar kain dan ditarik masuk ke dalam Kantor Desa Mataue.

Camat Kulawi Rolly Bagalatu mengemukakan adat Mepantodui, merupakan pengakuan secara adat bahwa peserta SMN merupakan bagian dari masyarakat Kulawi.

"Kalian adalah bagian dari masyarakat Kulawi. Sehingga bila suatu saat kalian datang lagi ke desa atau wilayah ini, kalian berhak untuk diterim dan diperlakukan dengan baik," ujarnya.

Kehadiran 23 peserta SMN dan rombongan disambut gembira oleh masyarakat Desa Mataue Kecamatan Kulawi.

Baca juga: Siswa asal Bangka Belitung kagumi keindahan Kota Palu