Bulog: Petani Di Sulteng Enggan Jual Gabah

id Bulog, petani

Bulog: Petani Di Sulteng Enggan Jual Gabah

ilustrasi

"dedak atau konga dibutuhkan petani sebagai pakan ternak," kata Darmin Hartono Kepala Divre Perum Bulog Sulawesi Tengah

Oleh Anas Masa

Palu (Antarasulteng.com) - Kepala Perum Bulog Divisi Regional Sulawesi Tengah (Sulteng) Darmin Hartono mengungkapkan petani di daerah itu memiliki keunikan yaitu enggan menjual hasil panen dalam bentuk gabah tetapi sudah berupa beras.

"Di daerah lain terutama di Pulau Jawa, petani lebih banyak menjual gabah tapi di Sulteng petani menjual dalam bentuk beras," kata Darmin di Palu, Senin.

Ia menyebutkan para petani di Sulteng umumnya memiliki usaha budidaya ikan, beternak itik, ayam dan babi dalam jumlah besar.

Petani tidak menjual hasil panen dalam bentuk gabah karena mereka memerlukan dedak (atau masyarakat setempat menyebut konga) untuk pakan utama ternak tersebut.

Dengan begitu mereka tidak perlu lagi membeli pakan ternak karena sudah ada pakan sendiri yang berasal dari pengolahan gabah menjadi beras.

Apalagi harga dedak di pasaran setempat saat ini berkisar Rp100 ribu per karung (isi 50kg), bahkan harga dedak sebelumnya mencapai hingga Rp150 ribu per karung.

Sementara itu harga beras di sejumlah pasar tradisional di Palu saat ini bervariasi, untuk kualitas medium sekitar Rp7.500 per kg dan beras kualitas premium sekitar Rp9.000 hingga Rp10.000 per kg.

Wayan Sudana (47), seorang petani di Desa Tolay Kabupaten Parigi Moutong membenarkan enggan menjual gabah karena membutuhkan konga-nya untuk pakan ternak.

Di Kabupaten Perigi Moutong banyak petani asal Bali yang memiliki ternak seperti ikan, itik, ayam dan babi. Konga sangat dibutuhkan sebagai pakan tertama ternak babi.

Selain itu petani akan mendapatkan keuntungan lebih besar jika menjual dalam bentuk beras dibanding gabah. Kebiasaan menjual hasil panen dalam bentuk beras juga sudah merupakan tradisi turun-temurun di daerah itu.(T.BK03)