Huntap korban likuefaksi Balaroa Palu ketambahan 53 unit

id huntap balaroa,korban likuefasi, gempa palu,balaora, zulkifli

Huntap korban likuefaksi Balaroa Palu  ketambahan 53 unit

Arsip- Seorang pengendara sepeda motor melintas di jalan raya kompleks hunian tetap Balaroa, Kota Palu, Rabu (24/6/2020). Sebanyak 127 hunian tetap dibangun di kawasan ini oleh Pemerintah Pusat dan Pemkot Palu untuk korban bencana gempa, dan likuefaksi, Kota Palu. ANTARA/Adha Nadjemuddin

Palu (ANTARA) - Pemerintah Kota Palu, Sulawesi Tengah mengatakan hunian tetap (huntap) disediakan untuk korban gempa dan likuefaksi Kelurahan Balaroa, Kecamatan Palu Barat ketambahan 53 unit dari 127 unit yang dibangun sebelumnya oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).

"Saat ini sedang proses pembangunan konstruksi terhadap 53 unit huntap tambahan, yang sebelumnya tahap awal berjumlah 127 unit hunian," kata Kepala Dinas Perumahan dan Permukiman Kota Palu Zulkifli yang ditemui di Palu, Kamis.

Dia menjelaskan, awalnya ketambahan data calon penerima huntap sebanyak 72 kepala keluarga, namun setelah dilakukan verikasi dan validasi oleh tim teknis di temukan terdapat berkas ganda dan tidak memenuhi syarat yang diantaranya sejumlah warga telah terdaftar sebagai penerima huntap Cinta Kasih di lokasi relokasi satu Kelurahan Tondo, Kecamatan Mantikulore yang dibangun Yayasan Budha Tzu Chi.

Lalu, ditemukan juga warga penerima dana stimulan rumah rusak berat, sedang dan ringan secara aturan tidak lagi mendapat bantuan huntap.

"Warga yang sudah mendapat bantuan dana stimulan maupun warga penerima huntap sebelumnya, secara otomatis berkas mereka gugur dengan sendirinya," ujar Zulkifli.

Dia mengemukakan, hunian dibangun pemerintah di lokasi relokasi Kelurahan Balaroa, di khususkan untuk warga setemat yang rumahnya hilang akibat dampak gempa dan likuefaksi. Bila mana warga sekitar ada yang mau direlokasi, Pemkot Palu telah menyediakan hunian satelit di kelurahan Duyu, Kecamatan Tatanga sebanyak 230 unit sebagai salah satu lokasi relokasi yang ditetapkan pemerintah.

Dikemukakannya, hingga kini kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi pemulihan pascabencana gempa, tsunami dan likuefaksi Palu masih terus berproses di sejumlah lahan yang menjadi lokasi relokasi penyintas bencana 28 September 2018 lalu.

"Hunian-hunian yang sudah terbangun tinggal proses perampungan sarana dan prasarana penunjang, seperti air bersih, jalan lingkungan, drainase dan jaringan listrik serta fasilitas umum lainnya," ujarnya.

Dia menambahkan, selain huntap yang dibangun di lokasi relokasi, pemerintah juga memberikan akses bagi masyarakat melalui skema program relokasi mandiri, yang mana huntap mandiri dibangun di atas lahan pribadi masyarakat yang sudah memiliki alas hak serta tidak berada di zona merah, sebagai syarat utama.