Pendidikan Humaniora Hampir Dilupakan

id Pendidikan, Humaniora, Eksakta, Sulteng

Pendidikan Humaniora Hampir Dilupakan

Beberapa calon siswa didampingi orang tua melihat pengumuman hasil ujian penerimaan siswa baru (PSB) di SMP Negeri 4 Palu, Kamis (5/7).Sebanyak 164 peserta ujian PSB dinyatakan lulus di sekolah tersebut. (Foto : ANTARA/Mohamad Hamzah)

"Gengsi ilmu eksdakta semakin melambung tinggi kebijak kebijakan pendidikan dan pembangunan lebih menekankan pada penguasaan teknologi, dengan alasan mengejar ketertinggalan untuk bisa sejajar dengan negara-negara maju,"
Denpasar - Pendidikan humaniora hampir dilupakan dalam berbagai aspek kehidupan, karena masyarakat cenderung mengagungkan ilmu-ilmu eksakta dibanding dengan bidang studi yang bersifat mengahafal itu.

"Di berbagai sekolah, seorang siswa dipandang istimewa dan cerdas jika masuk jurusan eksakta," kata I Wayan Nardayana, seorang seniman wayang kulit andal, alumnus Institut Seni Indonesia (ISI) di Denpasar, Minggu.

Ia mengatakan, pandangan masyarakat yang demikian itu semakin mengental, tatkala ilmu-ilmu eksakta menjadi ajang pertarungan antarsiswa seluruh dunia lewat olimpiade fisika, matematika dan kimia.

Bagi siswa yang berhasil keluar sebagai juara dalam kegiatan internasional itu akan dianggap sebagai anak yang supercerdas. Sementara siswa yang unggul dalam bidang studi ilmu humaniora hanya dipandang sebelah mata.

"Gengsi ilmu eksdakta semakin melambung tinggi kebijak kebijakan pendidikan dan pembangunan lebih menekankan pada penguasaan teknologi, dengan alasan mengejar ketertinggalan untuk bisa sejajar dengan negara-negara maju," ujarnya.

Kondisi itu secara otomatis mengutamakan penguasaan ilmu-ilmu eksakta sebagai salah satu syarat penguasaan iptek, sehingga dikhawatirkan ilmu-ilmu humaniora semakin terpinggirkan.

Wayan Nardayana yang mampu menjadikan pementasan seni wayang kulit sebuah pagelaran yang cukup menarik dan unik serta  pernah ditonton 5.000 orang dalam kegiatan PKB.

Ia menilai, basis dari penguasaan teknologi sebenarnya ilmu humaniora, karena teknologi merupakan suatu terminologi yang berasal dari barat (Yunani) yang merupakan implementasi dari ilmu pengetahuan dan rekayasa untuk tujuan tertentu.

Tujuan itu antara lain memecahkan masalah menghasilkan produk dan berbagai kegiatan lainnya yang mampu memberikan kemudahan bagi umat manusia.

Untuk menguasasinya seseorang harus menguasai ilmu humaniora, seperti bahasa sebelum tahap penguasaan teknologi. Jika ingin menguasai teknologi yang dikuasai Jepang, Jerman dan Amerika seseorang harus menguasai bahasa yang digunakan bangsa tersebut.

Dengan demikian ilmu humaniora seperti bahasa merupakan basis dalam penguasaan teknologi, sehingga orang yang menguasai banyak bahasa adalah orang yang banyak mendapatkan pengetahuan, ujar Wayan Nardayana.(I006)