BPOM dan Mahasiswa KKN Untad edukasi 10.265 orang cegah stunting

id BPOM Palu ,Mahasiswa KKN Untad,Stunting ,Sulteng

BPOM dan Mahasiswa KKN Untad edukasi 10.265 orang cegah stunting

Kepala BPOM Agus Riyanto memberikan sambutan saat monitoring evaluasi KKN 'KKN Asyik Fasilitator Edukasi Obat dan Makanan' atau KAFE OM di Kota Palu, Rabu. (ANTARA/Nur Amalia Amir)

Palu (ANTARA) - Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Kota Palu, Sulawesi Tengah dan mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Tadulako (Untad) memberikan edukasi keamanan pangan kepada 10.265 orang sebagai upaya pencegahan stunting di wilayah itu.
 

 

"Target yang awalnya 10.000 orang, kami dapat menjangkau dan memberikan edukasi kepada 10.265 orang," kata Kepala BPOM Agus Riyanto saat monitoring evaluasi KKN 'KKN Asyik Fasilitator Edukasi Obat dan Makanan' atau KAFE OM di Kota Palu, Rabu.

 

Ia menjelaskan intervensi tersebut dilakukan BPOM Palu melalui inovasi program KAFE OM yang bekerja sama dan perguruan tinggi di Sulawesi Tengah, dalam hal ini Universitas Tadulako untuk menjadikan program KKN sebagai sarana penyebaran informasi pengawasan obat dan makanan di Sulawesi Tengah.

 

Menurut dia, keamanan pangan memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya pencegahan stunting seperti mengkonsumsi makanan yang sehat, bergizi dan aman.

 

Ia mengatakan bahwa makanan bergizi terbebas dari tiga bahaya keamanan pangan, yaitu cemaran fisik, kimia, dan biologis akan memaksimalkan pertumbuhan menjadi baik dan optimal.

 

"Sehingga penting untuk memberikan edukasi tentang keamanan pangan kepada masyarakat," katanya.

 

Melalui program tersebut, kata dia, mahasiswa menjadi agen atau fasilitator dalam mengedukasi warga, seperti menyampaikan pengetahuan akan keamanan pangan guna mempercepat penurunan angka stunting.

 

"Dari 100 mahasiswa, kami bentuk 20 kelompok yang tersebar ke 13 kabupaten/kota Sulawesi Tengah dengan setiap orangnya memberikan edukasi kepada 100 orang jadi total komunitas yang teredukasi menjadi lebih dari 10.000," kata dia.

 

Komunitas yang diberikan edukasi terdiri dari ibu hamil, ibu menyusui, ibu dengan balita atau anak stunting, remaja putri usia 16-21 tahun serta pelaku usaha pangan olahan dan pangan siap saji.

 

Selain itu, mahasiswa juga melakukan pengujian rapid test kit bahan berbahaya terhadap makanan atau jajanan yang beredar di wilayah pelaksanaan KKN untuk meminimalisir penggunaan bahan berbahaya di masyarakat.

 

Adapun berdasarkan survei status gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022, angka prevalensi stunting di Sulawesi Tengah mencapai 28,2 persen, angka ini menurun 1,5 persen dari tahun 2021.

 

Agus berharap dengan upaya-upaya tersebut dapat mencegah stunting serta dapat menurunkan angka prevalensi stunting menjadi 14 persen pada tahun 2024 sesuai dengan target nasional.

 

Ia mengemukakan edukasi tersebut tidak berakhir hanya karena program KKN telah berakhir, namun tetap dilanjutkan baik oleh Posyandu maupun pemuda - pemudi usia sekolah menengah dan Karang Taruna setempat yang juga telah diberikan edukasi.