Beijing (ANTARA) - China masih mempertanyakan keamanan air olahan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima yang dibuang ke laut dan dampaknya terhadap lingkungan.
"Posisi China terhadap pembuangan air yang terkontaminasi nuklir ke laut secara sepihak oleh Jepang tidak berubah.
Pembuangan air yang terkontaminasi nuklir Fukushima ke laut menyangkut keamanan seluruh umat manusia, lingkungan laut global dan kepentingan publik internasional," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning di Beijing pada Rabu (7/8).
Perusahaan induk utilitas listrik Jepang Tokyo Electric Power Company (TEPCO) Holdings Inc memulai putaran kedelapan pembuangan air olahan dari PLTN Fukushima ke laut pada 7 Agustus 2024.
TEPCO akan membuang sekitar 7.800 ton air buangan PLTN Fukushima yang telah disaring dari tangki penyimpanan ke Samudra Pasifik setelah mengencerkannya dengan sejumlah besar air laut. Pembuangan putaran keempat dijadwalkan selesai pada 25 Agustus.
"Pembuangan tersebut bukan merupakan urusan Jepang saja. Jepang terus membuang air yang terkontaminasi nuklir ke laut tanpa menjawab kekhawatiran masyarakat internasional mengenai keamanan air buangan, keandalan peralatan pemurnian secara jangka panjang dan efektivitas mekanisme pemantauan, tindakan tersebut mengabaikan risiko terhadap masyarakat internasional," tambah Mao Ning.
Mao Ning menyebut China sudah menyampaikan kekhawatirannya itu kepada Pemerintah Jepang dalam banyak kesempatan dan melakukan diskusi mendalam dengan Jepang.
"Kami mendesak Jepang untuk bekerja sama sepenuhnya untuk membentuk mekanisme pemantauan internasional jangka panjang yang independen dan efektif dengan partisipasi nyata dari negara-negara tetangganya dan pemangku kepentingan lain," ungkap Mao Ning.
Gelombang pertama pelepasan air PLTN Fukushima dimulai pada Agustus 2023, dan total sekitar 31.200 ton air olahan dilepaskan dalam empat putaran pada tahun fiskal 2023, yang berakhir pada Maret.
Pada tahun fiskal 2024, TEPCO berencana melepaskan total 54.600 ton dalam tujuh putaran.
TEPCO, Badan Tenaga Atom Jepang, dan perusahaan riset swasta masing-masing memantau konsentrasi zat radioaktif dalam air dari tangki penyimpanan. Mereka mengonfirmasi bahwa kadar semua zat kecuali tritium berada di bawah standar nasional.
Konsentrasi tritium adalah 200.000 becquerel (satuan turunan untuk keradioaktifan) per liter, jauh melebihi tingkat pembuangan yang diizinkan pemerintah Jepang yaitu di bawah 1.500 becquerel per liter.
Namun, TEPCO mengatakan akan mengencerkan air dengan volume 740 kali lebih banyak dari air laut untuk memenuhi persyaratan Pemerintah Jepang.
TEPCO dan Pemerintah Jepang telah memantau konsentrasi zat radioaktif di air laut dan ikan di sekitar PLTN Fukushima yang rusak akibat gempa dan tsunami pada Maret 2011.
Mereka menyebut tidak ada kelainan yang terdeteksi sejak Agustus 2023.