Pertempuran masih berkecamuk di Afghanistan

id Pertempuran di Afghanistan,Pasukan pemerintah,Taliban,Jelang pemilihan

Pertempuran masih berkecamuk di Afghanistan

Sejumlah pria membersihkan reruntuhan dan sampah dari bangunan rusak milik mereka, sehari setelah terjadinya serangan di Kabul, Afghanistan, Kamis (9/5/2019). (REUTERS/OMAR SOBHANI)

Kabul (ANTARA) - Sejumlah anggota Taliban yang melakukan aksi bom bunuh diri yang menewaskan sedikitnya 19 orang dalam satu serangan terhadap kantor pemerintah pada Sabtu malam, kata beberapa pejabat, dalam episode kekerasan terbaru di Afghanistan di saat pembicaraan perdamaian untuk mengakhiri perang terus berlangsung.

Para petugas pemilihan sedang mencatat data pemilih menjelang pemilihan presiden pada September di sebuah kantor di Distrik Maroof, Provinsi Kandahar, di bagian selatan Afghanistan ketika para petempur dari kelompok militan itu melancarkan serangan dengan menggunakan kendaraan-kendaraan Humvee, kata para pejabat.

Sebanyak 18 orang petugas tewas, kata mereka. Tujuh anggota pasukan keamanan Afghanistan juga kehilangna nyawa dalam serangan bom bunuh diri itu, kata Tadeen Khan, kepala kepolisian Kandahar.

Taliban, yang menolak proses pemilihan itu, mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut.

Juru bicara Taliban Qari Yousuf Ahmadi mengatakan para petempur dari kelompoknya juga membunuh 57 anggota pasukan keamanan Afghanistan dalam serangan itu dan menangkap 11 orang lain, tetapi para pejabat Afghanistan meragukan laporan itu.

Kementerian Dalam Negeri Afghanistan dalam pernyataannya menyatakan 25 anggota Taliban telah dibunuh dalam bentrokan tersebut.

Taliban, yang menguasai atau berusaha merebut setengah dari negara itu, telah menolak seruan gencatan senjata. Taliban pernah menguasa negara itu sebelum digulingkan melalui invasi Amerika Serikat pada 2001.

Pertempuran antara pasukan pemerintah dan Taliban telah meningkat bahkan di saat para pemimpin Taliban dan pejabat AS mengadakan pembicaraan perdamaian di Qatar untuk mengakhiri perang yang sudah berlangsung bertahun-tahun di negara itu.

Sumber: Reuter