Akademisi : Pemilih Cenderung Jenuh

id Pakar, Pemilu, Demokrasi, Partisipasi Politik

Akademisi : Pemilih Cenderung Jenuh

Dr. Darwis, M.Si, pakar politik Universitas Tadulako (adha nadjemuddin)

"Ke depan sudah harus dibangun fungsi-fungsi partai politik sejak sekarang. Jangan lagi menjelang pemilu baru dadakan mencari calon legislatif,"
Palu (antarasulteng.com) - Pakar politik dari Universitas Tadulako Palu Dr Darwis MSi mengatakan pemilih pada Pemilu 2014 cenderung jenuh karena umumnya janji-janji politik yang dikampanyekan dari pemilu ke pemilu tidak menunjukkan perubahan signifikan.

"Kita takut jangan sampai kondisi ini masuk pada level apatisme. Ini berbahaya bagi kelangsungan demokrasi," katanya di Palu, Rabu.

Alumnus Universitas Gadjah Mada itu mengatakan kondisi ini harus diperbaiki dengan kerja-kerja serius partai politik maupun calon anggota legislatif.

Salah satu bukti kejenuhan pemilih pada pemilu kali ini adalah minimnya partisipasi dalam kampanye partai politik.

Darwis menilai kampanye partai politik juga masih cenderung memobilisasi massa, sehingga massa yang hadir bukan karena kesadaran politiknya ingin mendengarkan visi dan misi dari partai.

"Ini juga karena model kampanye tidak inovatif, lebih pada pergerakan massa, ini karena kondisi masyarakat yang cenderung jenuh dalam partisipasi politik," katanya

Dia mengatakan elit politik yang yang tampil cenderung tidak memiliki keterkaitan erat dengan massa untuk hadir sehingga mobilisasi massa pun dilakukan.

"Ini lazim termasuk di negara-negara maju, tapi tidak bersifat massif, lebih bersifat kesadaran, karena ada magnet ketokohan sehingga membuat orang hadir," katanya.

Dia mengatakan salah satu yang mestinya menjadi pengawasan adalah pendidikan politik yang mencerdaskan.

"Partai harus memberikan contoh yang baik, sehingga ada interaksi. Ada dialog antara calon legislatif dan pemilih. Bukan lagi pada isu-isu pembusukan," katanya.

Darwis mengatakan kinerja partai politik harus diperbaiki mulai dari rekrutmen kader, pendidikan politik dan komunikasi politik.

Dia menilai kinerja partai tersebut tidak berjalan maksimal sehingga banyak calon legislatif dadakan yang muncul.

"Ke depan sudah harus dibangun fungsi-fungsi partai politik sejak sekarang. Jangan lagi menjelang pemilu baru dadakan mencari calon legislatif," katanya.

Sementara itu umumnya partai politik di daerah saat ini sudah mulai meninggalkan kampanye terbuka dengan menghadirkan massa karena dianggap tidak efektif lagi.

Hasil evaluasi Partai Persatuan Pembangunan misalnya, dari pemilu ke pemilu partai ini selalu menggelar kampanye terbuka, namun tak kunjung memperbaiki kondisi perolehan kursi. Malah sebaliknya cenderung menurun.

"Baru kita mau mulai visi misi, massa sudah teriak, musiiik," kata Ketua DPC PPP Kota Palu Armin Latjangki.

Salah satu jalan paling efektif dalam memengaruhi pemilih, kata Armin, adalah melakukan sosialisasi dari rumah ke rumah. Mereka menyebutnya kampanye silaturahim.***