Wali kota: Tema pembangunan Palu mengangkat budaya dalam konteks nilai

id dialog kebangsaan, wali kota , palu, hidayat

Wali kota: Tema pembangunan Palu mengangkat budaya dalam konteks nilai

Wali Kota Palu, Hidayat (kiri) menjadi pembicara pada kegiatan diskusi kebangsaan bertajuk Kontekstualisasi Nilai-nilai Pancasila dalam Dunia Pendidikan di Kota Palu, Kamis (17/9/2020). ANTARA/HO/Humas Pemkot Palu

Palu (ANTARA) - Wali Kota Palu Hidayat mengatakan tema pembangunan kota ini yang dituangkan dalam visi-misi mengangkat budaya dalam konteks nilai toleransi, kekeluargaan dan kegotongroyongan sebagai mana nilai yang dijunjung tinggi etnis 'Kaili'.

"Ketiga nilai tersebut merupakan nilai dasar dari nilai-nilai Pancasila yang sangat dijunjung tinggi oleh masyarakat 'Kaili' dan ingin duwujudkan kembali dalam pemerintahan kami agar daerah ini tetap aman, damai, dan tentram," ungkap Wali Kota Palu Hidayat saat menjadi pembicara pada dialog kebangsaan yang digagas Badan Pembinaan Ideologi Pancasila RI, di Palu, Kamis.

Diskusi bertajuk Kontekstualisasi Nilai-nilai Pancasila dalam Dunia Pendidikan di Kota Palu tersebut, dihadiri para guru dari sejumlah sekolah di bawah naungan Pemerintah kota (Pemkot) Palu. 

Wali kota menjelaskan, beberapa tahun lalu, Palu pernah mengalami konflik horizontal atau konflik antar warga yang mana hal ini dipicu karena memudarnya nilai toleransi, kekeluargaan, dan kegotongroyongan di tengah masyarakat.

Meski begitu, menurutnya, konflik sosial masih berpotensi terjadi, apa bila manajemennya tidak dikelola dengan baik. Oleh karena itu, Pemkot Palu mendorong dan membentuk Satuan Tugas Kebersihan, Keindahan, Keamanan, Ketertiban dan Kenyamanan (Satgas K5), serta Lembaga Adat di masing-masing kelurahan.

Wali kota memeparkan, adat yang dimaksud di dalam visi-misi Pemkot Palu memiliki makna kontekstual yang berarti aturan mengatur tentang tatanan kehidupan manusia.

"Ada tiga aturan yang mengatur hubungan manusia dengan manusia baik perilaku, perbuatan, dan ucapan serta satu aturan yang mengatur hubungan manusia dengan alam," katanya.

Dia mengaku, sejak dirinya memimpin pemerintahan di kota itu telah dibentuk satu program, yakni 'Kamis Berbudaya' melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan kota Palu, dimana setiap siswa pada hari itu mengenakan atribut budaya dari daerah masing-masing. 

"Misalnya siswa etnis Jawa mengenakan Blangkon, kemudian Kaili mengenakan siga dan sampolu. ini adalah bagian dari keanekaragaman budaya bangsa," tutur Hidayat.