Menanti bangkitnya kembali sektor pariwisata Sumatera Barat

id pariwisata sumbar

Menanti bangkitnya kembali sektor pariwisata  Sumatera Barat

Peserta menampilkan kesenian tradisi Bagalombang pada Festival Bagalombang di halaman Museum Adityawarman Padang, Sumatera Barat, Minggu (3/10/2021). (Antara/Iggoy El Fitra)

Padang (ANTARA) - Hampir dua tahun berlalu sejak April 2020 tak ada lagi kunjungan wisatawan asing yang tercatat datang ke Sumatera Barat melalui Bandara Internasional Minangkabau.

Padahal sebelumnya, pada 2019 berdasarkan data yang dihimpun dari Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Barat sebanyak 61.131 wisatawan asing berkunjung ke provinsi itu dan mengalami kenaikan 3,33 persen dibandingkan 2018 yang hanya 54.383 orang.

Dari 61.131 wisatawan asing yang berkunjung ke Sumbar paling banyak berasal dari Malaysia mencapai 46.730 orang.

Namun sejak pandemi COVID-19 mewabah, tak ada lagi penerbangan langsung dari Kuala Lumpur menuju Padang menyebabkan kunjungan wisatawan asing benar-benar anjlok.

Dampak dari semua itu dirasakan oleh hampir semua sektor yang bergerak di bidang pariwisata mulai dari perhotelan, biro perjalanan wisata, hingga pelaku UKM yang ada di objek wisata.

Sejak pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Sumatera Barat selama 47 hari mulai 22 April hingga 7 Juni 2020 tak ada lagi masyarakat yang berpelesir, termasuk menggunakan bus pariwisata.

Pada awal pandemi salah seorang operator bus pariwisata di Padang, Fordismen, mengeluhkan kebijakan PSBB yang membuat armadanya tiga bulan tidak beroperasi karena tak ada penyewa.

Akibatnya bus pariwisata yang biasa digunakan oleh pelanggan lebih banyak berada di garasi menyebabkan kerugian Rp15 hingga Ro20 juta per hari.

Tidak hanya itu dari data yang dihimpun Bappeda Padang, pengelola hotel dan restoran di Padang mengalami pengurangan transaksi hingga Rp174 miliar saat pemberlakuan PSBB.

Tak kurang dari 12 ribu UKM juga terdampak mengalami pengurangan transaksi mencapai Rp17,6 miliar mulai dari kuliner, ritel, jasa, hingga kerajinan.

Dari data dari BPS Sumbar pada Agustus 2020 juga terungkap sebanyak 531 ribu pekerja di Sumatera Barat terdampak COVID-19 atau sebanyak 13,23 persen dari total penduduk usia kerja.

Dari 531 ribu pekerja tersebut terdiri atas pengangguran karena COVID-19 35,46 ribu orang, tidak bekerja sementara karena COVID-19 27,76 ribu orang, mengalami pengurangan jam kerja 454,51 ribu orang, bukan angkatan kerja karena COVID13,92 ribu orang.

Kini setelah hampir dua tahun berlalu perlu akselerasi dan percepatan agar sektor pariwisata Sumatera Barat kembali bangkit yang mendorong ekonomi tumbuh.

Konsul Pelancongan atau Direktur Tourism Malaysia di Medan Hishamuddin Mustafa berharap sektor pariwisata segera bangkit sehingga kunjungan wisatawan di antara Indonesia dengan Malaysia bisa kembali ramai.

Hishamuddin optimistis tidak lama lagi dunia pariwisata Malaysia dan Indonesia akan kembali bergerak dan menjadi salah satu sektor penyumbang terbesar bagi perekonomian kedua negara.

Oleh sebab itu semua pihak terkait perlu bekerja sama dan berkolaborasi karena sektor pariwisata amat bergantung pada penanganan wabah COVID-19, ujarnya.

Tidak hanya itu kedisiplinan menerapkan protokol kesehatan yang dicanangkan oleh pemerintah Indonesia yang dikenal dengan Cleanliness, Health, Safety, Environment Sustainability (CHSE) juga menjadi faktor penentu pariwisata bisa kembali pulih.

Terkait dengan ditutupnya akses penerbangan dari Kuala Lumpur ke Padang, ia menyampaikan pada prinsipnya maskapai di Malaysia sudah siap kembali membuka penerbangan antarnegara.

"Akan tetapi masih menunggu dibukanya penerbangan di Indonesia, begitu dibuka tentu dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat," kata dia.

Ia melihat kunjungan wisata antara Malaysia dengan Padang cukup tinggi, karena kedua daerah punya hubungan emosional yang kuat.

Warga Sumatera Barat banyak yang berwisata ke Malaysia mulai dari berlibur, berobat hingga belajar, sebaliknya warga Malaysia juga banyak yang berkunjung ke Bukit Tinggi, katanya.

Ia melihat cukup banyak objek wisata di Sumatera Barat yang menarik dikunjungi mulai dari alam, kuliner hingga budaya.


Tahun Kunjungan Wisata

Guna membangkitkan kembali sektor pariwisata Bank Indonesia bersama Pemprov Sumatera Barat mencanangkan 2023 sebagai tahun kunjungan wisata Sumatera Barat dengan tema Visit Beautiful West Sumatera 2023 yang dicanangkan secara resmi oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno.

"Usai pandemi terjadi pergeseran tren berwisata masyarakat dan Sumbar kaya akan potensi wisata alam, budaya dan UMKM, dengan ini saya mencanangkan 2023 sebagai tahun pariwisata semoga dapat membangkitkan kembali pariwisata dan ekonomi. kreatif," kata Sandiaga Uno .

Ia menyampaikan salah satu yang bisa dioptimalkan dalam meningkatkan kunjungan wisatawan adalah penggunaan platform digital untuk menjangkau target pasar yang lebih tinggi.

Untuk memulihkan kembali dunia pariwisata Sandiaga menyarankan perlu melihat tren terbaru orang berwisata pasca-pandemi

Menurut dia, saat ini tren masyarakat dalam berwisata lebih memilih daerah wisata yang ramah lingkungan, aman, sehat dan jauh dari keramaian serta mengusung kearifan lokal.

"Wisatawan juga menyukai aktivitas di alam terbuka dan melihat kesiapan destinasi dalam penerapan protokol kesehatan," ujarnya.

Sementara Gubernur Sumbar Mahyeldi menyampaikan pengembangan sektor pariwisata merupakan salah satu program prioritas Pemprov Sumbar.

"Hal ini mengingat Sumbar punya potensi pariwisata yang besar mulai dari alam, budaya dan ekonomi kreatif," kata dia.

Oleh sebab itu pencanangan tahun pariwisata 2023 menjadi komitmen pemerintah provinsi untuk mewujudkan strategi pengembangan pariwisata yang lebih terintegrasi.

Sejalan dengan itu Kepala Bank Indonesia (BI) perwakilan Sumbar Wahyu Purnama menyampaikan pencanangan tahun kunjungan wisata Sumbar 2023 merupakan inisiasi awal dalam mengakselerasi pariwisata sebagai sumber pertumbuhan ekonomi baru Sumatera Barat

BI sebagai mitra pemerintah daerah berkomitmen untuk mendukung penuh upaya pengembangan pariwisata di Sumbar, katanya.

Ia mengatakan dukungan yang diberikan BI mulai dari penelitian strategi pengembangan pariwisata, pendampingan UKM, fasilitasi kegiatan kepariwisataan, dan promosi pariwisata.

Akan tetapi ia menekankan keberhasilan kunjungan pariwisata 2023 bergantung pada semangat aspek aktraksi, aksebilitas, amenitas, promosi, dan pelaku usaha.

Oleh sebab itu seluruh pemangku kepentingan harus berkolaborasi dan berkontribusi aktif sesuai peran masing-masing, ujarnya.

Sejalan dengan itu Kepala Dinas Pariwisata Sumbar Novrial menyampaikan dalam rangka meningkatkan kembali kunjungan wisata pihaknya fokus kepada apa yang menjadi selera wisatawan.

Saat ini pihaknya tidak lagi berbicara soal apa objek wisata yang dimiliki tapi yang wisatawan inginkan karena berdasarkan survei yang dilakukan orang ke Sumbar didorong oleh ketertarikan pada budaya sebanyak 24 persen, 17 persen ingin menikmati kuliner, dan 11 persen karena alam yang indah.

Artinya kata kunci untuk meningkatkan kunjungan wisatawan adalah mendorong kabupaten dan kota memahami apa yang dibutuhkan wisatawan dan menyediakannya.

Ia menyampaikan dengan berbasis kegiatan, orang akan semakin banyak datang, dan pada 2022 ada 42 agenda.

Selain itu pihaknya memperkuat basis komunitas dengan memperkuat kelompok sadar wisata di daerah-daerah sehingga lambat laun kunjungan meningkat dan pariwisata Sumbar kembali bangkit.