Ketua MUI Kota Palu pidato tentang toleransi di hadapan umat Kristiani

id Muipalu, Zainal Abidin,Paskah Oikumene, umat kristen, Yesus, Islam, kota palu, Sulteng

Ketua MUI Kota Palu pidato tentang toleransi di hadapan umat Kristiani

Ketua MUI Kota Palu Prof Zainal Abidin menyampaikan pidato tentang toleransi dan membangun kerukunan di hadapan umat Kristiani pada perayaan Paskah Oikumene gereja-gereja se-Sulawesi Tengah, di Palu. (ANTARA/HO-Humas MUI Palu)

Palu, Sulteng (ANTARA) -
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Palu Prof Zainal Abidin menyampaikan pidato tentang toleransi dan membangun kerukunan di hadapan umat Kristiani pada perayaan Paskah Oikumene gereja-gereja se-Sulawesi Tengah.

 

"Perayaan Paskah Oikumene gereja-gereja se-Sulawesi Tengah menjadi momentum yang baik untuk memperkuat hubungan sesama manusia, tanpa melihat latar belakang apapun," kata Zainal Abidin, di Kota Palu, Senin.

 

Ia dilibatkan dalam kegiatan itu sebagai salah satu pembicara dalam perayaan Paskah tersebut, yang berlangsung di Kota Palu, dihadiri sekitar 50 ribu orang jemaat Kristiani dari berbagai gereja di provinsi ini.

 

Menurut guru besar Universitas Islam Negeri (UIN) Datokarama Palu ini bahwa ajaran yang di bawah oleh Yesus tentang cinta, kasih dan sayang sesungguhnya juga diajarkan oleh semua agama.

 

Dalam Agama Islam cinta dan kasih sayang juga diajarkan dalam hubungan sosial, olehnya persamaan-persamaan dalam agama harus dikedepankan untuk mempererat hubungan antarsesama manusia.

 

"Kerukunan dan toleransi adalah rujukan perdamaian, umat beragama jangan hanya melihat satu sisi (perbedaan), kedepankan persamaan dalam membangun hubungan yang harmonis dalam bingkai Negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI)," tutur Zainal.

 

Ia mengutip Firman Allah pada Surah Al-Maun yang artinya "Tahukah kamu orang yang mendustakan agama ? itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin".

 

Ayat ini kata dia mengandung makna tentang mengasihi dan menyayangi sesama manusia, yaitu dengan memberikan makan orang miskin atau menganjurkan orang untuk memberi makan orang miskin, serta tidak menghardik anak yatim.

 

Dia menjelaskan Islam hadir dengan ajaran cinta kedamaian, Kristiani dengan ajaran penuh kasih sayang, Konghuchu sabar dan pengertian, Budha sumber kebajikan, dan Hindu suka ketentraman.

 

"Memang semua agama tidak sama karena ada perbedaan yang mendasar. Dari perbedaan itu ada kesamaan, sama-sama mengajarkan kebaikan. Saya berharap melalui kegiatan ini Sulawesi Tengah dapat menjadi provinsi yang damai dan harmonis," ucap Zainal yang juga Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Sulteng.