Yerusalem (ANTARA) - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Minggu (17/3), mengatakan bahwa dia tidak akan tunduk pada tekanan internasional untuk menghentikan perang di Jalur Gaza.
"Tekanan internasional sebesar apa pun tidak akan menghentikan kami untuk mewujudkan semua tujuan perang: melenyapkan Hamas, melepaskan semua sandera kami, dan memastikan Gaza tidak lagi menjadi ancaman terhadap Israel," kata Netanyahu pada pertemuan pemerintah.
"Kita tidak boleh menyerah pada tekanan-tekanan ini, dan kita tidak akan menyerah pada mereka," tambahnya.
PM Israel tersebut mengatakan bahwa tekanan terhadap Israel berfokus pada seruan untuk mengadakan pemilu baru di Israel.
"Mereka melakukan ini dengan mencoba menyelenggarakan pemilu sekarang, di tengah perang. Dan mereka melakukan ini karena mereka tahu bahwa pemilu sekarang akan menghentikan perang dan melumpuhkan negara setidaknya enam bulan," katanya.
"Jika kami menghentikan perang sekarang sebelum semua tujuan tercapai, itu berarti Israel kalah perang, dan kami tidak akan membiarkan hal itu terjadi."
Pada Kamis (14/3), Pemimpin Mayoritas Senat AS Chuck Schummer mengkritik kepemimpinan Netanyahu dan meminta Israel untuk mengadakan pemilu baru.
Netanyahu menyebut komentar Schummer "sangat tidak pantas."
"Anda tidak boleh melakukan itu kepada saudara negara demokrasi," tambahnya.
Meski ada peringatan internasional, Netanyahu pada Jumat (15/3) tetap menyetujui rencana militer untuk melakukan operasi darat di Rafah, di mana lebih dari 1,4 juta orang mengungsi dari perang Israel yang sedang berlangsung di Jalur Gaza.
"Kami akan beroperasi di Rafah. Ini akan memakan waktu beberapa minggu, tapi itu akan terjadi," kata Netanyahu.
"Mereka yang bilang bahwa operasi di Rafah tidak akan terjadi adalah mereka yang sama mengatakan bahwa kami tidak akan masuk ke Gaza, ..."
"...kami tidak akan beroperasi di Shifa, kami tidak akan beroperasi di Khan Younis, dan kami tidak akan melanjutkan perang setelah gencatan senjata (seminggu pada November)," tambahnya.
Israel telah melancarkan serangan militer mematikan di Jalur Gaza sejak serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, yang menewaskan hampir 1.200 orang.
Lebih dari 31.600 warga Palestina, yang sebagian besar perempuan dan anak-anak, tewas di Gaza, dan hampir 73.700 lainnya terluka di tengah kehancuran massal dan kekurangan kebutuhan pokok.
Israel menolak menghentikan perang di Gaza sampai kembalinya lebih dari 130 sandera yang ditahan oleh Hamas sejak Oktober lalu, sementara kelompok Palestina menuntut diakhirinya serangan Israel untuk setiap kesepakatan penyanderaan dengan Tel Aviv.
Perang Israel mengakibatkan 85 persen penduduk Gaza terpaksa mengungsi di tengah blokade yang melumpuhkan sebagian besar makanan, air bersih, dan obat-obatan, sementara 60 persen infrastruktur di wilayah itu telah rusak atau hancur, menurut PBB.
Israel dituduh melakukan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ). Keputusan sementara ICJ pada Januari memerintahkan Tel Aviv untuk menghentikan tindakan genosida dan mengambil langkah untuk menjamin bantuan kemanusiaan diberikan kepada warga sipil di Gaza.
Sumber: Anadolu
Berita Terkait
PBB sebut butuh 14 tahun bersihkan puing di Gaza akibat perang Israel
Sabtu, 27 April 2024 15:09 Wib
Erdogan: melindungi Yerusalem berarti membela kemanusiaan dan perdamaian
Sabtu, 27 April 2024 2:57 Wib
Setiap 10 menit satu anak terbunuh di Gaza
Minggu, 21 April 2024 14:53 Wib
Kementerian: Serangan Israel tewaskan lagi 37 warga Palestina di Gaza
Minggu, 21 April 2024 12:44 Wib
PBB: 70 persen penduduk Gaza terdiri atas kaum muda
Kamis, 18 April 2024 9:36 Wib
Pengamat Militer: Prabowo berperan di balik suksesnya bantuan ke Gaza
Rabu, 17 April 2024 6:28 Wib
Warga Palestina tewas akibat serangan Israel pada masjid di Jabalia
Selasa, 16 April 2024 16:18 Wib
China serukan Israel capai gencatan senjata segera di Gaza
Selasa, 16 April 2024 16:09 Wib