Dirjen : sarjana PTKIN miliki pemahaman agama mendalam

id Kamaruddin Amin

Dirjen : sarjana PTKIN miliki pemahaman agama mendalam

Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kemenag RI, Prof. Dr. Kamaruddin Amin (fota antara/ Muhammad Hajiji)

Palu,  (Antaranews Sulteng) - Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama Kamaruddin Amin mengemukakan sarjana dari perguruan tinggi keagamaan Islam negeri (PTKIN) harus memiliki pemahaman agama dan keagamaan yang mendalam.

"Bagaimana PTKIN bisa mencetak sarjana, ulama, yang memiliki pemahaman keagamaan tradisional yang mendalam di satu sisi," ucap Kamaruddin Amin dalam on stage discussin satu tentang pengembangan terbaru dari "Studies Islam: The Current Development of Islamic Studies", di Auditorium IAIN Palu, Senin (17/9) malam.

Disisi lain, sebut Kamaruddin, sarjana PTKIN memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang ilmu-ilmu modern, sebagai suatu kombinasi antara keagamaan dan modernitas.

Jika tidak dilakukan dengan target dan capaian demikian, maka sebut dia, Indonesia tidak akan menjadi rujukan pendidikan Islam dunia dan Asia.?

Bahkan PTKIN di Indonesia, menurut dia, tidak akan dijadikan sebagai tempat pendidikan yang dianggap sebagai pusat keunggulan karena lemah pada upaya menghasilkan sarjana memiliki pemahaman keagamaan mendalam dan keterampilan serta pengetahuan modern.

Padahal Indonesia, urai dia, lembaga pendidikan Islam terbanyak di dunia.?

"Tidak ada negara mana pun yang punya perguruan tinggi keagamaan Islam sebanyak Indonesia," kata Kamaruddin.

Indonesia juga memiliki professor pendidikan Islam terbanyak di dunia, punya doktor terbanyak di dunia. Namun, apakah pendidikan Islam di Indonesia memiliki keunggulan, sehingga mereka di luar Indonesia memandang harus belajar di Indonesia ?.

"Orang kalau bicara mengenai ilmu dan Islam tradisional masih berkiblat kepada Al-Azhar, mungkin masih berkiblat ke Madinah, Maroko, bahlan ke Iran," urai dia.

Ia mengaku bahwa Islam mengalami perkembangan yang luar biasa, bukan hanya di dunia Islam. Tetapi juga di barat.

Akan tetapi, setiap perkembangan Islam memiliki karakter masalah masing-masing. Islam Indonesia diharapkan berkontribusi terhadap Islam di barat.

"Apa masalah Islam di Eropa misalnya, apa masalah Islam di Afrika, apa masalah Islam di Asia Tenggara, termasuk apa masalah Islam di Indonesia. Perguruan tinggi harus memberi kontribusi terhadap penyelesaian masalah itu," sebut Kamaruddin.

"Indonesia memang di harapkan untuk memainkan peran fundamental untuk itu," tambahnya lagi.

Karena itu, sebut dia, PTKIN harus memiliki keunggulan dan menjadi pusat keunggulan, jika tidak. Maka PTKIN Indonesia hanya akan bisa bangga dengan kuantitas, dengan banyaknya umat Islam di Indonesia.