Palu (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah mengemukakan strategi pemberdayaan perempuan haruslah mengikut sertakan kaum adam.
"Dalam sebuah essay, yang saya buat beberapa tahun lalu, setidaknya substansi perubahan strategi pemberdayaan perempuan haruslah mengikutsertakan kaum lelaki," ucap Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Sulawesi Tengah, Ihsan Basir, Sabtu.
Artinya, sebut dia, dibutuhkan dekonstruksi visi dan misi pengarusutamaan gender (PUG) kedepan. Pola strategi, sebagaimana diamanatkan dalam misi Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak yang menitik beratkan pada pemberdayaan perempuan.
Karena itu, sebut dia, ada baiknya diredefinisikan menjadi ‘pemberdayaan perempuan dan laki-laki’. Bahkan dalam konteks strategi radikal, apabila PUG memang ‘diarahkan’ pada pemberdayaan perempuan, yang justru harus dilakukan adalah pemberdayaan ‘laki-laki’.
Karena dengan memberdayakan laki-laki berkenaan dengan kebutuhan real perempuan, goal ‘pemberdayaan perempuan’ dapat benar-benar dicapai.
Dalam tulisan atau karya ilmiah John Gray (Women are from Venus, Men are from Mars), maka hanya kaum marslah yang benar-benar mengerti tentang mahluk Mars. Apabila kaum Venus ingin dimengerti oleh kaum Mars, maka kaum Venus harus menggunakan atau memberdayakan kaum Mars untuk mengerti bagaimana sebenarnya pola berpikir kaum Venus.
"Analogi sederhananya seperti ini, kalau Kartini ingin dipahami oleh Kartono, maka Kartini harus memfungsikan Kartono sebagai corong sosialisasi terbaik, agar semua kaum kartono dapat memahami cara berpikir kaum kartini,” kata dia menjelaskan.
Sementara itu Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Palu, Sulawesi Tengah, berharap perempuan dapat berperan sebagai penggerak perdamaian di provinsi tersebut.
"Perempuan juga memiliki potensi, tidak hanya sekedar mengurus rumah tangga. Melainkan dapat berperan sebagai penggerak perdamaian, minimal di lingkungan keluarga," ucap Ketua MUI Palu, Prof Dr H Zainal Abidin MAg, di Palu.
Prof Zainal Abidin mengemukakan, perempuan sebagai penggerak perdamaian, minimal tidak ikut menyebarkan informasi, berita yang tidak jelas sumber-nya, yang isi informasi itu dapat memecah belah.
"Akhir-akhir ini banyak informasi hoax, informasi tidak jelas, informasi yang berbau SARA, beredar di media sosial. Nah, perempuan harus menjadi agen terdepan menangkal informasi hoax, informasi memecah belah," ujar dia.
Berita Terkait
Sosialisasi keaslian uang rupiah
Jumat, 26 April 2024 23:56 Wib
Layanan pendaftaran perusahaan perseorangan bagi UMKM
Jumat, 26 April 2024 23:52 Wib
FKUB-Sulteng serap masukan Agama Budha perkuat kerukunan
Jumat, 26 April 2024 21:14 Wib
OJK ajak para generasi muda Sulteng manfaatkan layanan asuransi
Jumat, 26 April 2024 16:07 Wib
Kemenkumham: Gernas BBI-BBWI tingkatkan UMKM masuk ekosistem digital
Jumat, 26 April 2024 15:02 Wib
Gubernur: Otonomi daerah tingkatkan kemajuan pembangunan di Sulteng
Jumat, 26 April 2024 14:39 Wib
Sulawesi Tengah promosikan enam sektor unggulan lewat Sulteng Expo
Jumat, 26 April 2024 14:29 Wib
Kementerian Investasi/BKPM dukung Sulteng Expo 2024 tingkatkan investasi
Jumat, 26 April 2024 1:50 Wib