Ulama Palu imbau kedepankan etika saat kampanye

id Kampanye Damai,Pemilu 2019,MUI Palu

Ulama Palu imbau kedepankan etika saat kampanye

Ketua MUI Kota Palu Prof Dr H Zainal Abidin MAg menyampaikan ceramah pada tablig akbar yang di laksanakan oleh Satuan Tugas Nusantara Polres Kabupaten Tolitoli dengan tema 'memperkokoh aqidah, menjalin persaudaraan, guna tercipta pesta demokrasi yang aman, damai dan sejuk dalam rangka keutuhan NKRI' di Tolitoli, Sabtu 23/3 malam.

Semua agama baik, dan semua agama mengajarkan tentang kebaikan. Tidak ada agama yang mengajarkan tentang keburukan kepada pemeluknya
Palu (ANTARA) - Majelis Ulama Indonesia (MUI), Kota Palu, mengimbau peserta pemilu dan tim pemenangan calon presiden dan calon wakil presiden agar mengedepankan etika, ahlak saat kampanye Pemilu 2019.


"Silahkan menyampaikan gagasan, visi dan misi, program. Tapi tidak perlu saling menghina, mengujat dan menjelekkan yang lain. Karena itu, penting untuk mengedepankan etika dalam berkampanye," kata Ketua MUI Kota Palu, H Zainal Abidin di Palu, Minggu.


Sesuai ketentuan pemilu dan kampanye, kampanye rapat umum dan iklan media massa cetak dan elektronik dilaksanakan mulai tanggal 24 Maret hingga 13 April 2019.


Zainal mengemukakan, silahkan peserta pemilu menggunakan instrumen kampanye yang telah disebutkan dalam ketentuan perundangan mengenai pemilu dan kampanye.


Namun, Dewan Pakar Pengurus Besar Alkhairaat itu menyebut, dalam kampanye rapat umum yang menggerakkan masa untuk hadir, tidak perlu menyebut kekurangan, kesalahan orang lain atau menyinggung orang lain.


Karena, kata dia, hal itu dapat menimbulkan kesan yang tidak baik serta tidak mencerahkan masyarakat, di tengah upaya penyelenggaraa pemilu dan berbagai pihak memberikan pendidikan pemilih untuk peningkatan sumber daya manusia.


"Kampanye itu salah satu media untuk pendidikan pemilih. Nah, sangat baik bila momentum itu digunakan untuk mencerahkan masyarakat, memberikan pemahaman tentang kepemiluan, visi dan misi, program, citra diri, serta tujuan dari pesta demokrasi," ujar Rois Syuria Nahdlatul Ulama Sulteng itu.


Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Sulawesi Tengah itu meyakini bahwa semua agama tidak membenarkan atau mengajarkan pemeluknya untuk saling menghujat, saling menebar kebencian, saling fitnah dan saling menjatuhkan serta menyalahkan.


"Semua agama baik, dan semua agama mengajarkan tentang kebaikan. Tidak ada agama yang mengajarkan tentang keburukan kepada pemeluknya," sebut dia.


Dalam Islam, tegas dia, tidak dibolehkan seseorang atau sekelompok orang menghujat orang lain atau kelompok lain.


"Dalam satu dunia, kita berbeda bangsa dan negara. Dalam satu bangsa dan negara, kita berbeda suku bangsa. Dalam satu suku bangsa, kita berbeda keyakinan dan agama. Dalam satu keyakinan dan agama, kita berbeda paham dan aliran. Dalam satu paham dan aliran, kita berbeda pemahaman," pesannya. 

"Dalam satu pemahaman, kita berbeda pengalaman. Dalam satu pengalaman, kita berbeda penghayatan. Dalam satu penghayatan, kita berbeda keikhlasan. Dalam satu keikhlasan kita rawat kebhinekaan, kita mantapkan keberagaman untuk pemilu yang bermartabat, berintegritas," harapnya.***
 
Tablig akbar yang di laksanakan oleh Satuan Tugas Nusantara Polres Kabupaten Tolitoli dengan tema 'memperkokoh aqidah, menjalin persaudaraan, guna tercipta pesta demokrasi yang aman, damai dan sejuk dalam rangka keutuhan NKRI' di Tolitoli, Sabtu 23/3 malam. (Antaranews Sulteng/Istimewa)
 
Tablig akbar dan doa bersama tokoh lintas agama yang di laksanakan oleh Satuan Tugas Nusantara Polres Kabupaten Tolitoli dengan tema 'memperkokoh aqidah, menjalin persaudaraan, guna tercipta pesta demokrasi yang aman, damai dan sejuk dalam rangka keutuhan NKRI' di Tolitoli, Sabtu 23/3 malam. (Antaranews Sulteng/Istimewa)