Palu Kesulitan Tenaga Terampil Industri Rotan

id rotan, mebel

Palu Kesulitan Tenaga Terampil Industri Rotan

Seorang perajin merapihkan produksi furniture berbahan rotan (ANTARA)

Kota Palu ini membutuhkan sedikitnya 800 tenaga trampil pembuat mebel rotan, katanya."

Palu (antarasulteng.com) - Para pengusaha industri rotan di Kota Palu mengaku sangat kesulitan mendapatkan tenaga kerja terampil sehingga belum satupun yang berani menerima tawaran kontrak pengadaan mebel dalam jumlah besar secara rutin setiap bulan.

Seorang pengrajin rotan, Jamaluddin dalam dialog dengan Wakil Menteri Perindustrian Alex Retraubun di Palu, Selasa mengungkapkan sangat sulit mendapatkan tenaga kerja terampil untuk memenuhi pesanan pengusaha.

"Kami tidak berani menerima tawaran kerja sama dengan pengusaha besar dari Jawa, karena kami tidak bisa menjamin kontinuitas produksi sebab sangat sulit mendapatkan tenaga kerja terampil,"kata Jamaluddin.

Menurut Jamal, pihaknya sudah pernah menerima tawaran kerja sama dari PT.Ikia Jakarta, sebuah perusahaan ekspor mebel rotan besar yang meminta pengrajin rotan di Kota Palu membantu memenuhi permintaan pasar mancanegara yang mencapai puluhan peti kemas setiap bulan.

"Untuk memenuhi permintaan satu peti kemas setiap bulan saja kami tidak berani, apalagi 20 peti kemas karena tenaga trampil sangat langka," ujarnya.

Ia menyebutkan bahwa di Kota Palu yang mulai 2013 ini ditetapkan menjadi pusat inovasi rotan nasional (PIRNas), terdapat sekitar 25 perajin rotan yang sudah punya pengalaman, namun tenaga yang dimiliki hanya sekitar tiga sampai lima orang setiap perusahaan.

"Tenaga itupun umumnya diambil dari Jawa yang setiap saat bisa saja minta pulang ke Jawa, dan kalau mereka pulang, maka jaminan kontinuitas produksi tidak ada," ujar Jamaluddin yang dibnarkan perajin mebel rotan lainnya yakni Adi Pitoyo dan Syahril.

Ketiga pengusaha mebel rotan tersbeut meminta Wakil Menteri Perindustrian untuk membantu menyelenggarakan pelatihan bagi tenaga trampil industri rotan dengan pola `job-training` yakni bekerja sambil berlatih untuk para pemuda/pemudi lokal selama tiga sampai empat bulan baik pada industri mebel rotan di Palu maupun di Jawa.

"Pola pelatihannya harus intensif dengan pendekatan `job-training` selama tiga sampai empat bulan, jangan hanya satu minggu seperti yang dilakukan selama ini sebab hasilnya tidak maksimal," ujar Jamaluddin.

Ia menambahkan bahwa berdasarkan tawaran kemitraan yang diterima dari para eksportir mebel rotan besar di Jawa, Kota Palu ini membutuhkan sedikitnya 800 tenaga trampil pembuat mebel rotan.

"Kalau tenaga ini tersedia, maka Kota Palu benar-benar akan bisa tampil sebagai pusat inovasi rotan nasional dan menjadi penyedia utama produk-produk mebel rotan yang dibutuhkan dan laku di pasar global," ujarnya.

Terkait permodalan, Jamaluddin mengatakan tidak ada kendala mendasar karena bank-bank terutama Bank Sulteng, siap mengucurkan dana sebesar apapun kalau bisnis rotan ini jelas pasarnya dan ada jaminan kontinuitas produksinya.

Wakil Menteri Perindustrian Alex Retraubun mengaku akan melaporkan usul dan keluhan pengusaha mebel rotan itu kepada Menteri Perindustrian untuk dipertimbangkan.

Alex mengaku bahwa Indonesia sebagai penghasil rotan terbesar di dunia dan Sulteng sebagai penghasil rotan cukup besar di Indonesia, harus memiliki ahli-ahli di bidang rotan baik desain maupun teknis produksi yang lebih baik dan lebih banyak dibanding negara-negara yang tidak punya rotan.

"Kan lucu kalau kita orang Indonesia harus belajar mengenai rotan di Jerman yang tidak punya rotan," ujarnya. (R007)