Konsumsi Solar Subsudi Sudah Melebihi Kuota

id BBM, Pertamina, Solar, Sulteng

Konsumsi Solar Subsudi Sudah Melebihi Kuota

Konsumsi solar bersubsidi pada Januari 2014 melebihi jatah periode sama kuota tahun sebelumnya yang ditetapkan APBN 2014.(ANTARA)

"Realisasi premium merata di bawah kuota di seluruh daerah. Sedangkan solar, dari 33, 13 provinsi sedikit 'over' kuota,"
Batam (antarasulteng.com) - PT Pertamina (Persero) mengungkapkan konsumsi solar bersubsidi pada Januari 2014 melebihi jatah periode sama kuota tahun sebelumnya yang ditetapkan APBN 2014.

"Namun, kalau dibandingkan realisasi 2013, maka konsumsi solar masih 'under' (di bawah)," kata Senior Vice President Fuel Marketing and Distribution Pertamina Suhartoko di Batam, Kamis.

Demikian pula, konsumsi minyak tanah di atas kuota APBN 2014, namun di bawah realisasi 2013.

Sementara, konsumsi premium subsidi masih di bawah kuota APBN yang kemungkinan disebabkan dampak banjir di sejumlah wilayah.

Sesuai APBN 2014, Pertamina mendapat jatah 47,355 juta kiloliter yang terdiri dari premium 32,32 juta, solar 14,135 juta, dan minyak tanah 900 ribu kiloliter.

Sedangkan, realisasi 2013 adalah 46,25 juta kiloliter yang terdiri dari premium 29,26 juta, minyak tanah 1,11 juta, dan solar 15,88 juta kiloliter.

Vice President Corporate Communication Pertamina Ali Mundakir menambahkan, realisasi 2013 tersebut 3,5 persen di bawah kuota APBN Perubahan 2013.

Realisasi konsumsi semua jenis BBM pada 2013 di bawah kuota yakni premium 4,93 persen, minyak tanah 7,59 persen, dan solar 0,24 persen.

"Realisasi premium merata di bawah kuota di seluruh daerah. Sedangkan solar, dari 33, 13 provinsi sedikit 'over' kuota," katanya.

Menurut Ali, salah satu penyebab penurunan penyaluran premium adalah kenaikan harga pada Juni 2013.

Akibat kenaikan, penyaluran premium turun dari rata-rata 80.645 menjadi 76.386 kiloliter.

Secara keseluruhan, dalam enam tahun terakhir, konsumsi premium rata-rata tumbuh 8,5 persen per tahun dan solar tumbuh 6,2 persen.

Sementara, konsumsi minyak tanah turun 30,9 persen menyusul keberhasilan program konversi ke elpiji. ***