Lokalisasi Tutup, Puluhan Mucikari Tulungagung Menganggur

id Lokalisasi Tutup Menganggur Mucikari

"Belum ada gambaran mau kerja apa, ini juga masih menunggu katanya akan diberi bantuan modal untuk setiap pemilik wisma sebesar Rp10 juta per orang (mucikari)," ujar Sumiarsih (47), salah seorang pemilik wisma di eks-Lokalisasi Ngujang, Kecamatan Nga
Tulungagung - Puluhan mucikari dan pedagang di eks-Lokalisasi Ngujang serta Kaliwungu, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur menganggur karena belum memiliki mata pencaharian baru pascapenutupan dua kompleks prostitusi tersebut, Kamis (19/7).

"Belum ada gambaran mau kerja apa, ini juga masih menunggu katanya akan diberi bantuan modal untuk setiap pemilik wisma sebesar Rp10 juta per orang (mucikari)," ujar Sumiarsih (47), salah seorang pemilik wisma di eks-Lokalisasi Ngujang, Kecamatan Ngantru, Sabtu.

Saat ditemui ANTARA, nenek 11 cucu ini hanya duduk tercenung di depan wismanya yang telah ditinggalkan para PSK, anak buahnya.

Ia bahkan mengaku masih bingung hendak membuka usaha lain apa untuk menutupi kebutuhan keluarganya saban hari, padahal, anak-cucunya masih membutuhkan biaya untuk sekolah serta bertahan hidup.

Beberapa anaknya memang sudah dewasa, namun mereka pun sampai saat ini masih jadi pengangguran. Saat lokalisasi masih eksis dan belum ditutup seperti sekarang, anak-anak Sumiarsih masih bisa bekerja dengan menjadi petugas keamanan ataupun ikut berjualan makanan-minuman di warung wisma.

Namun kini kondisinya sudah berubah 180 derajat. Jangankan bekerja, sekedar ingin beraktivitas saja mereka saat ini kebingungan. Lokalisasi Ngujang yang terletak di pinggir Kota Tulungagung itu kini sepi seperti kuburan.

Nyaris tidak ada lagi aktivitas ekonomi di sana. Kalaupun ada, biasanya sebentar karena ada petugas kecamatan maupun kelurahan yang melakukan pemutakhiran data mucikari serta pedagang yang hendak diberi bantuan permodalan.

Rohana sedikit beruntung karena memiliki sekapling lahan di luar lokalisasi yang bisa dibangunnya sebagai warung kopi. Namun tidak demikian dengan sebagian pemilik wisma lain yang rata-rata tidak memiliki cukup tabungan.

Mereka saat ini hanya berharap bantuan permodalan sebagai kompensasi pembongkaran bangunan senilai Rp10 juta dari pemerintah segera diserahterimakan sehingga bisa digunakan untuk membuka usaha baru.

"Semua gelisah, terutama pedagang asongan ataupun kaki lima yang biasanya mangkal di sini. Mereka ada yang dapat (bantuan modal) tapi ada juga yang tidak," ungkap Anam, pemuda setempat.

Pemerintah Kabupaten Tulungagung sendiri telah menyalurkan bantuan permodalan ke 351 wanita binaan (eks-PSK) di Lokalisasi Ngujang serta Kaliwungu, untuk pengembangan usaha mandiri di tempat asal masing-masing.

Pemberian bantuan permodalan itu merupakan bagian dari kebijakan penutupan dua lokalisasi terbesar di daerah tersebut untuk selamanya. Untuk wanita binaan yang berasal dari Kabupaten Tulungagung, masing-masing mendapat bantuan permodalan sebesar Rp5 juta, sedangkan yang dari luar daerah mendapat Rp3 juta.

Bantuan permodalan untuk usaha mandiri juga diberikan Pemprov Jatim untuk setiap pemilik wisma (germo) dengan nilai sebesar Rp10 juta per orang.

Serangkaian program pelatihan kewirausahaan mandiri telah dilakukan masing-masing pemerintah daerah, bekerjasama dengan Pemprov Jatim, untuk para mantan PSK tersebut, mulai dari ketrampilan memasak, menjahit, salon kecantikan, serta aneka seni kerajinan lainnya. (Ant)