Dahlan Iskan: Menulis Itu Ibarat Naik Sepeda

id Dahlan Iskan Menulis Sepeda

Seseorang hanya perlu terus berlatih dan berlatih seperti menaiki sepeda maka lambat laun akan bisa dan terbiasa.
Bogor - Menulis itu seperti naik sepeda tidak ada sekolahnya dan tidak ada khursus latihannya, siapapun bisa menjadi penulis, demikian dikatakan Menteri BUMN Dahlan Iskan di Bogor, Sabtu.

Di hadapan 200 peserta Pesantren Kilat Ramadhan 1433 H bertema "Jurnalistik dan Kepemimpinan" untuk pelajar, mahasiswa, anak yatim dan "dhuafa", Dahlan mengatakan, menjadi seorang penulis (wartawan) tidak sulit.

Seseorang hanya perlu terus berlatih dan berlatih seperti menaiki sepeda maka lambat laun akan bisa dan terbiasa.

Ia menambahkan, untuk menghasilkan sebuah tulisan yang bagus, seseorang harus terus menulis tanpa menunggu tulisan bagus atau jelek.

"Menulis aja terus, jangan berhenti mencoba nanti setelah terbiasa akan bagus dengan sendirinya," katanya.

Dahlan menceritakan masa lalunya pertama kali menulis tentang pondok pesantren milik keluarganya.

Waktu itu ia sangat bangga dengan tulisannya karena sempat diterbitkan di media lokal di kampungnya.

"Dulu saya bangganya bukan main, saya rasa tulisan saya bagus. Tapi, setelah sekarang saya baca ulang saya jadi malu," katanya.

Dahlan menyebutkan, ada banyak kelebihan yang dimiliki oleh seorang penulis (wartawan). Penulis membiasakan diri menstrukturkan cara menulisnya.

"Cara berfikir penulis itu tertib, karena harus menulis sesuatu dan dituangkan dalam tulisan. Jika anda menulis ini membantu berfikir secara terstruktur, karena menulis menstrukturkan cara berfikir," kata menteri.

Selain itu juga, lanjut Dahlan, menulis membatu cara membuat keputusan dan itulah calon pemimpin yang baik. Pemimpin yang baik yang bisa membuat keputusan. Pemimpin yang tidak bisa membuat keputusan, lambat, adalah pemimpin yang tidak baik.

"Seseorang yang biasa menulis baik. Dalam menulis, banyak keputusan yg diambil. Dilatih setiap hari membuat keputusan," kata menteri.

Untuk bisa memulai menulis, lanjut menteri ada banyak cara. Di era internet ini, pelajar dapat menggunakan blog untuk menulis semua unek-uneknya.

Menteri mengapresiasi minat generasi muda dalam bidang jurnalistik. Sebagai mantan wartawan, Dahlan memaparkan pengalamannya.

Dikatakannya, menjadi wartawan tidak harus mengambil pendidikan dan lulusan komunikasi saja. Sebuah media justru membutuhkan wartawan dari bidang ilmu di luar komunikasi.

"Ilmu komunikasi dan ilmu menulis bisa dipelajari otodidak," katanya.

Sangat dibutuhkan wartawan dari jurusan diluar komunikasi. Karena dengan demikian wartawan tersebut akan lebih memahami liputannya.

Seperti kasus krisis kedelai, wartawan dari lulusan pertanian akan memahami kondisi yang sebernanya di pertanian sehingga akan sangat mudah bagi wartawan tersebut memberitakannya.

"Wartawan itu mempunyai wawasan ilmu cukup luas. Sehingga dia dapat memahami banyak hal," katanya.
(Ant)