LP2M UIN Datokarama dan BRIDA Sulteng bahas strategi entaskan kemiskinan

id LP2M UIN Datokarama ,BRIDA Sulteng,Kemiskinan ,Sulawesi Tengah ,Pengentasan kemiskinan dan stunting

LP2M UIN Datokarama dan BRIDA Sulteng bahas strategi entaskan kemiskinan

LP2M UIN Datokarama dan BRIDA Sulteng menggelar seminar penelitian bahas strategi pengentasan kemiskinan dan penanggulangan stunting di Sulawesi Tengah. (ANTARA/HO-Dokumentasi UIN Datokarama)

Palu (ANTARA) - Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) Universitas Islam Negeri (UIN) Datokarama bersama Badan Riset Inovasi Daerah (BRIDA) Provinsi Sulawesi Tengah membahas strategi pengentasan kemiskinan di wilayah provinsi tersebut.

"LP2M UIN Datokarama kolaborasi dengan BRIDA, untuk mendukung program pengurangan kemiskinan ekstrem di kabupaten/kota sebagai agenda prioritas pemerintah, untuk strategi percepatan pengentasan kemiskinan ekstrem yang ditargetkan turun menjadi nol persen pada 2024," kata Ketua LP2M UIN Datokarama Doktor Sahran Raden, di Palu, Sabtu.

Kolaborasi itu diwujudkan lewat seminar awal penelitian strategi pengentasan kemiskinan dan penurunan stunting berbasis teknologi terbarukan guna menyerap masukan dari para akademisi dan stakeholder terkait lingkup Pemprov Sulteng demi mengoptimalkan penyusunan strategi pengentasan kemiskinan dan stunting di Kabupaten Sigi.

"Seminar ini menjadi langkah awal untuk mendapatkan gambaran umum kondisi kemiskinan dan stunting di Kabupaten Sigi, yang selanjutnya akan ditindaklanjuti dalam penelitian lapangan," katanya.

Menurut Sahran terdapat sedikitnya empat faktor yang berkontribusi terhadap kemiskinan ekstrem yakni hambatan struktural, kultural, tingginya pengangguran, serta Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang sangat rendah.

Data tahun 2022 mencatat terdapat 371.135 keluarga miskin di Sulteng dengan tingkat kemiskinan ekstrem mencapai 3,02 persen, di atas rata-rata nasional 2,04 persen.

Hal itu dipengaruhi pertumbuhan ekonomi yang tidak merata dirasakan di Sulteng maupun Sigi serta adanya disparitas pendapatan antardaerah yang kemudian berdampak pada jumlah penduduk miskin ekstrem.

Sahran menambahkan kondisi kemiskinan yang terjadi berdampak langsung terhadap tingginya kasus stunting atau tengkes di Sulteng, termasuk di Kabupaten Sigi.

Secara umum stunting disebabkan oleh perkawinan di usia dini atau pernikahan di usia anak, tidak adanya keterpenuhan gizi pada ibu hamil dan bayi, rendahnya pengetahuan orang tua tentang pola asuh anak yang baik, serta tingkat pendapatan keluarga yang rendah.
 
"Faktor dasar yang menyebabkan stunting dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan intelektual, yang kemudian juga akan berdampak pada SDM generasi muda akan datang," katanya.
 
Oleh karena itu diperlukan penanganan secara terstruktur, sistematis dan masif, antara lain melalui penelitian khusus untuk mengetahui kebijakan pengentasan kemiskinan dan penurunan stunting.