Palu (ANTARA) -
Sulteng realisasikan 110 hektare lahan untuk budidaya cabai
Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah (Pemprov Sulteng) telah merealisasikan sekitar 110 hektare lahan pertanian di provinsi itu untuk budidaya komoditas cabai rawit.
"Sekitar 2.850 saset benih cabai yang dikemas telah disalurkan kepada petani di lima kabupaten/kota yang menjadi sasaran bantuan," kata Kepala Bidang Hortikultura Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (TPH) Provinsi Sulawesi Tengah Roy Marudin di Palu, Senin.
Ia menjelaskan lima kabupaten/kota yang menjadi daerah pengembangan komoditas tersebut lewat Gerakan Tanam Cabai yakni Kabupaten Banggai dan Kota Palu masing-masing 30 hektare, kemudian Tojo Una-una dan Tolitoli masing-masing 15 hektare serta Poso 20 hektare.
Langkah ini dilakukan sebagai upaya Pemprov Sulteng menjaga pasokan di tingkat petani, sekaligus upaya pengendalian inflasi daerah.
"Selain pengembangan cabai rawit, juga pengembangan cabai besar seluas 80 hektare pada lima daerah tersebut," ujarnya.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) per 1 Oktober 2024, inflasi Sulteng berada di angka 2,15 persen year to year (YoY), angka ini masuk dalam kriteria terkendali sesuai dengan standar Bank Indonesia (BI) 2,5 plus minus 1.
"Cabai termasuk salah satu komoditas pertanian yang mempengaruhi inflasi. Itu sebabnya pemerintah menggencarkan masyarakat menanam komoditas tersebut," ujarnya.
Menurut data Dinas TPH setempat, produksi komoditas cabai rawit Sulteng pada tahun 2023 mencapai 20.450 ton, jumlah ini meningkat dibandingkan tahun 2022 hanya sekitar 19.383 ton.
Kebutuhan konsumsi cabai rawit di daerah ini sekitar 6.823 ton, dari jumlah konsumsi tersebut produksi petani mengalami kelebihan atau surplus sekitar 13.627 ton.
Yang mana rata-rata konsumsi cabai rawit di Sulteng 2,19 kilogram per kapita dengan jumlah penduduk sekitar 3,1 juta jiwa lebih.
"Melalui intervensi ini diharapkan ketahanan produksi cabai di Sulteng semakin kuat, sehingga masyarakat lebih mudah memperoleh komoditas tersebut," kata Roy.