Morowali (ANTARA) - PT Vale Indonesia Tbk (PTVI) bersama TNI AL memperkuat kerja sama dalam membangun infrastruktur nikel berkelanjutan. Jetty Morowali jadi penghubung utama rantai pasok nikel untuk energi masa depan.
Kunjungan resmi dilakukan oleh Komandan Lantamal VI Makassar Brigjen TNI (Mar) Wahyudi. Ia hadir bersama jajaran TNI AL dan Ketua Korcab VI DJA II, Ny. Evi Amalia Wahyudi.
“Kami tidak hanya membangun infrastruktur, kami membangun masa depan Indonesia dalam ekonomi hijau global,” kata Chief of Project Officer PT Vale, Muhammad Asril.
Jetty ini dirancang mampu mengelola 10 juta ton limonite ore dan 5–6 juta ton saprolite ore per tahun. Lokasinya terhubung langsung ke pabrik pemurnian nikel di Sambalagi.
Jetty Morowali merupakan bagian dari Proyek Strategis Nasional yang berbasis prinsip lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG). Proyek ini juga sejalan dengan target Net Zero Emissions Indonesia 2060.
“Saya melihat komitmen kuat dari sisi pengelolaan limbah, kolam sedimentasi, hingga pembibitan,” ujar Brigjen Wahyudi.
Ia menekankan pentingnya sinergi sektor pertahanan dan industri untuk menjamin kelancaran logistik hijau. Wilayah pesisir kini menjadi tulang punggung rantai pasok nasional.
Perwakilan Syahbandar KUPP Bungku, Harjono, menyebut PT Vale patuh pada perizinan pelabuhan. Ia juga mendukung percepatan izin agar jetty segera beroperasi.
“PT Vale menjalankan operasional secara aman, berkelanjutan, dan sesuai standar kepelabuhanan,” kata Harjono.
Proyek ini juga menekankan keselamatan kerja dan tanggung jawab lingkungan. PT Vale menerapkan standar internasional dan pendekatan ESG dari hulu ke hilir.
“Kami tidak hanya menambang, kami memulihkan, melindungi, dan memberdayakan,” ucap Asril.
Dengan sinergi ini, jetty akan mendorong efisiensi logistik dan penciptaan lapangan kerja hijau. PT Vale berharap ekosistem industri hijau ini jadi model nasional.
“Indonesia punya semua bahan mentah untuk masa depan rendah karbon. Tapi kita harus membangunnya secara aman dan berkelanjutan,” tutup Asril.
