New York, (Antaranews Sulteng) - Harga minyak terus menguat pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), setelah data menunjukkan jumlah rig pengeboran aktif di Amerika Serikat menurun pada minggu ini.
Jumlah rig yang beroperasi di ladang-ladang minyak Amerika Serikat turun empat rig menjadi total 858 rig pekan ini, perusahaan jasa ladang minyak Baker Hughes mengatakan dalam laporan mingguannya pada Jumat (29/6).
Dolar AS yang lebih lemah juga membuat sejumlah komoditas yang dihargakan dalam dolar AS lebih menarik bagi para pemegang mata uang lainnya.
Indeks dolar AS, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, turun 0,68 persen menjadi 94,662 pada pukul pukul 20.00 GMT.
Sementara itu, pasar energi telah bereaksi terhadap ancaman dari pemerintahan Trump minggu ini, yang mengindikasikan bahwa Gedung Putih akan mencari sanksi bagi negara-negara yang tidak mengurangi impor mereka dari minyak mentah Iran menjadi "nol" pada 4 November.
Patokan AS, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus, naik 0,70 dolar AS menjadi menetap di 74,15 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Sementara itu, patokan internasional, minyak mentah Brent untuk pengiriman Agustus, bertambah 1,59 dolar AS menjadi 79,44 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.
Berita Terkait
Pasar murah sembako di Palu
Senin, 1 April 2024 21:20 Wib
Ahlis Djirimu, industri sawit mainkan peran sentral ekonomi daerah
Jumat, 22 Maret 2024 15:52 Wib
Menkop UKM Teten yakin minyak makan merah laku di pasaran
Rabu, 20 Maret 2024 8:21 Wib
Pasar murah sembako di Palu
Selasa, 19 Maret 2024 19:53 Wib
Jokowi kunjungi pabrik percontohan minyak makan merah Sumatera Utara
Kamis, 14 Maret 2024 10:37 Wib
Gerakan pangan murah di Palu
Rabu, 6 Maret 2024 20:35 Wib
Minyak sawit paling memungkinkan diolah jadi energi
Minggu, 3 Maret 2024 5:03 Wib
PHE catat temuan sumber daya migas 1,4 miliar barel setara minyak
Sabtu, 10 Februari 2024 15:04 Wib