Ekonomi Sulteng 2019 diyakini tumbuh 6 persen

id BI Sulteng,Sulteng,Ekonomi,BI

Ekonomi Sulteng 2019 diyakini tumbuh 6 persen

Gubernur Sulteng Longki Djanggola (ke enam dari kanan) Kepala Kantor BI Perwakilan Sulteng Miyono, serta sejumlah kepala instansi pemerintah di Sulteng mengabadikan momen usai acara penyerahan sejumlah bantuan usaha dan huntara dari BI Sulteng pada pertemuan tahunan BI di Hotel Santika Palu, Rabu siang (19/12). (Antaranews Sulteng/Muh. Arsyandi)

Sementara itu dari sisi finansial untuk menopang pertumbuhan ekonomi di Sulteng, kredit perbankan diharapkan masih tetap tumbuh positif minimum 10 persen

Palu (Antaranews Sulteng) - Perekonomian Sulawesi Tengah diyakini tumbuh hingga 6,4 persen pada 2019, meski saat ini tiga daerah yakni Kota Palu, Kabupaten Sigi dan Donggala berimbas gempa, tsunami dan likuifaksi.

Berdasarkan hasil asesmen Bank Indonesia hingga triwulan tiga 2018 dan juga mempertimbangkan imbas dari bencana, ekonomi Sulteng pada triwulan satu 2019 diperkirakan tumbuh antara 4,8 persen sampai 5,2 persen.

"Dan secara tahunan kami perkirakan tumbuh 6,0 sampai 6,4 persen," sebut Kepala Kantor BI Perwakilan Sulteng Miyono di Palu, Kamis.

Perkiraan angka pertumbuhan tersebut lebih rendah dibanding 2017 yang tercatat tumbuh 7,14 persen dan 2018 yang diperkirakan di kisaran 6,1 sampai 6,5 persen. 

Miyono mengatakan secara umum, selain dari konsumsi, faktor penopang pertumbuhan ekonomi Sulteng di 2019 juga bersumber dari kinerja ekspor yang diperkirakan akan tetap tumbuh positif.

"Sementara itu dari sisi finansial untuk menopang pertumbuhan ekonomi di Sulteng, kredit perbankan diharapkan masih tetap tumbuh positif minimum 10 persen," papar Miyono.

Dia mengatakan tantangan yang perlu mendapat penanganan cermat terlebih pascabencana oleh Pemprov Sulteng yakni memulihkan sektor pertanian terutama dalam hal perbaikan infrastruktur di antaranya sarana irigasi.

Mengingat sektor pertanian menjadi salah satu andalan Pemprov Sulteng dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang berimbas pada peningkatan perekonomian daerah dan warganya selain dari sektor perkebunan terlebih pertambangan.

"Kedua, pemulihan ekonomi di sektor perdagangan, perhotelan dan restoran agar aktivitas ekonomi dapat segera berjalan dengan normal," katanya.

Ketiga pentingnya menciptakan iklim usaha yang ramah dan efisien agar investor tertarik untuk kembali menanamkan modalnya di Sulteng.

Keempat kata Miyono, untuk menangani pengangguran perlu dibuatkan program kerja yang bersifat padat karya dan pengembangan hilirisasi baik dalam pengolahan komoditas tambang maupun pertanian sehingga dapat menyerap tenaga kerja yang lebih besar.***