Petani Parigi Moutong kesulitan jemur gabah

id Parimo,lantai jemur,padi

Petani Parigi Moutong kesulitan jemur gabah

Petani menjemur gabah di jalan raya karena kesulitan lantai jemur (Istimewa) (Antaranews Sulteng/Istimewa)

Kebanyak petani di sini menjemur gabah atau kakao di pinggir jalan karena tidak ada lantai jemur, sebab petani belum sanggup membangun sendiri lantai jemur lantaran mahal
Parigi (ANTARA) - Para petani di Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, hingga kini masih mengalami kesulitan menjemur gabah hasil panen mereka dan juga kakao karena tidak memiliki lantai penjemuran yang memadai.

"Kebanyak petani di sini menjemur gabah atau kakao di pinggir jalan karena tidak ada lantai jemur, sebab petani belum sanggup membangun sendiri lantai jemur lantaran mahal," kata Wayan, seorang Ketua Kelompok Tani di Desa Tindaki, Kecamatan Parigi Selatan, Senin.

Ia mengatakan setiap kali musim panen berlangsung, petani terpaksa menjemur gabah atau biji kakao di pinggir jalan, termasuk di tepi jalan trans Sulawesi yang padat lalulintas.

Masalahnya, kata dia, tidak ada lahan/halaman yang kosong.

"Kebanyakan sudah digunakan pemiliknya untuk menanam buah naga," ujarnya.

Hal senada juga disampaikan I Made Warnada, seorang petani di Desa Tolay.

Menurut dia, petani di Tolay sedang panen, di sisi kiri dan kanan jalan dijadikan tempat menjemur padi, karena tidak ada lantai jemur. Di tempat penggilingan gabah ada lantai jemur tetapi sangat terbatas dan jadi rebutan di kalangan petani.

Untuk membangun kembali lantai jemur sudah tidak memungkinkan karena tidak ada lahan yang kosong. Selain sudah dijadikan areal sawah, juga ditanami buah naga.

"Pokoknya tidak ada lagi lahan kosong untuk dijadikan lantai penjemuran gabah dan kakao," kata dia.

Masalah semakin pelik dihadapi petani dalam musim panen saat ini karena Kabupaten Parigi Moutong yang merupakan sentra produksi padi itu mulai dilanda musim hujan.

Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sulteng, Trie Iriany Lamakampali membenarkan petani di Kabupaten Parimo sekarang ini kesulitan menjemur hasil panen pada panen raya kali ini karena tidak ada lantai jemur.

"Mereka menjemur gabah/padi di pinggir jalan raya karena memang tidak ada tempat mengeringkan gabah," katanya.

Menurut dia, jika kesulitan lantai jemur tidak segera dapat diatasi, maka bisa berpengaruh terhadap kualitas beras yang dihasilkan. Karena jika gabah lama dibiarkan, apalagi saat panen hujan, maka akan berpengaruh besar terhadap kualitas beras. Sementara beras kualitas rendah tentu tidak akan bisa bersaing dengan beras kualitas terbaik ketika dijual di pasaran.

Pemprov Sulteng berharap pada musim panen (MP) 2019 ini, produksi gabah/beras petani di daerah ini bisa meningkat dari panen tahun-tahun sebelumnya. Sulteng menargetkan surplus beras pada MP 2019 bisa meningkat hingga 500 ribu ton dari sebelumnya 300 ribu ton.