New York (ANTARA) - Harga minyak dunia turun lebih dari satu persen pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), dengan minyak mentah Brent menetap di dekat posisi terendah tujuh bulan di bawah 60 dolar AS per barel karena ketegangan perdagangan antara AS dan China meningkatkan kekhawatiran tentang melemahnya permintaan global.
Selama sesi, Brent diperdagangkan pada level serendah 58,81 dolar AS per barel, turun lebih dari 22 persen dari posisi tertingginya pada April. Penurunan itu menempatkan patokan global di berada wilayah bear market (pasar lesu).
Harga Brent telah kehilangan lebih dari sembilan persen dalam sepekan terakhir, dengan Presiden AS Donald Trump bersumpah untuk mengenakan tarif baru pada impor China dan Beijing membuat langkah lebih lanjut terhadap kargo pertanian AS.
Amerika Serikat juga menanggapi penurunan yuan China pada Senin (5/8/2019) dengan memberi merek China manipulator mata uang. Trump pada Selasa (6/8/2019) menepis kekhawatiran atas perang dagang yang berkepanjangan dengan China, karena Beijing memperingatkan bahwa keputusan Washington sehari sebelumnya akan menyebabkan kekacauan di pasar keuangan.
Patokan internasional, minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Oktober turun 0,87 dolar AS atau 1,45 persen, menjadi ditutup pada 58,94 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.
Sementara itu, patokan AS, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman September turun 1,06 dolar AS atau 1,94 persen, menjadi menetap pada 53,63 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
"Sejauh menyangkut pasar minyak, ada dua pertanyaan kunci: Pertama, mengapa China harus terus membeli minyak mentah AS? dan kedua, mengapa China harus terus mematuhi sanksi AS ketika datang untuk membeli minyak Iran?" kata analis Commerzbank, Carsten Fritsch dalam sebuah catatan.
Ekuitas global mencapai level terendah dua bulan dan Brent turun lebih dari tiga persen pada Senin (5/8/2019), karena para pedagang khawatir perselisihan antara dua pembeli minyak terbesar dunia akan mengurangi permintaan, membantu mendorong short-covering Selasa (6/8/2019).
"Sulit bagi minyak untuk bertahan (naik) ketika Anda memiliki pergerakan seperti itu dalam ekuitas," kata analis Petromatrix, Olivier Jakob.
Harga minyak menemukan sedikit dorongan karena pemerintah AS memperkirakan bahwa pertumbuhan di cekungan Permian dan formasi serpih lainnya sebagian besar akan mengimbangi pengurangan produksi dari Teluk Meksiko akibat Badai Barry.
Minyak mentah masih bisa menemukan beberapa dukungan setelah pasar tutup pada Selasa (6/8/2019), dengan jajak pendapat Reuters menunjukkan persediaan minyak mentah AS diperkirakan telah jatuh selama delapan minggu berturut-turut.
American Petroleum Institute (API) akan merilis data persediaan mingguannya pada pukul 16.30 waktu setempat (20.30 GMT), dengan angka resmi pemerintah mengikuti pada Rabu waktu setempat.
Di sisi pasokan, Iran telah mengancam untuk memblokir semua ekspor energi keluar dari Selat Hormuz, yang dilalui seperlima dari lalu lintas minyak global, jika tidak mampu menjual minyak seperti yang dijanjikan oleh perjanjian nuklir 2015 sebagai imbalan untuk mengekang pengayaan uranium.
Inggris pada Senin (5/8/2019) bergabung dengan Amerika Serikat dalam misi keamanan maritim di Teluk untuk melindungi kapal dagang setelah Iran merebut kapal berbendera Inggris.
Berita Terkait
Pasar murah sembako di Palu
Senin, 1 April 2024 21:20 Wib
Ahlis Djirimu, industri sawit mainkan peran sentral ekonomi daerah
Jumat, 22 Maret 2024 15:52 Wib
Menkop UKM Teten yakin minyak makan merah laku di pasaran
Rabu, 20 Maret 2024 8:21 Wib
Pasar murah sembako di Palu
Selasa, 19 Maret 2024 19:53 Wib
Jokowi kunjungi pabrik percontohan minyak makan merah Sumatera Utara
Kamis, 14 Maret 2024 10:37 Wib
Gerakan pangan murah di Palu
Rabu, 6 Maret 2024 20:35 Wib
Minyak sawit paling memungkinkan diolah jadi energi
Minggu, 3 Maret 2024 5:03 Wib
PHE catat temuan sumber daya migas 1,4 miliar barel setara minyak
Sabtu, 10 Februari 2024 15:04 Wib