Jakarta (antarasulteng.com) - Menteri Keuangan Chatib Basri memperkirakan
kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi pada November 2014,
bisa menghemat anggaran belanja subsidi energi dalam APBN-Perubahan
hingga Rp21 triiliun.
"Kalau naik Rp3.000 (per liter) pada November, saving-nya Rp21 triliun, ini besar karena sekitar 0,2 persen dari PDB," ujarnya di Jakarta, Senin.
Menkeu
memastikan kenaikan harga BBM tersebut dapat mengurangi beban belanja
subsidi energi, meskipun berlaku efektif hanya dua bulan, terutama untuk
belanja subsidi BBM, yang pada APBN-Perubahan 2014 ditetapkan sebesar
Rp246,5 triliun.
"Betul, itu akan berpengaruh. Penghitungannya sederhana," katanya.
Hingga 29 Agustus 2014, realisasi belanja subsidi BBM telah mencapai
Rp162,4 triliun atau 65,9 persen dari pagu Rp246,5 triliun, dan
kemungkinan akan melebihi pagu apabila hingga akhir tahun tidak ada
upaya penghematan BBM bersubsidi.
Sementara, terkait ekspektasi inflasi yang terjadi karena adanya
wacana kenaikan BBM bersubsidi, menurut Menkeu, salah satu cara untuk
meredam ekspektasi laju inflasi adalah pemerintahan baru harus
merealisasikan wacana tersebut.
"Cara meredam inflasi paling baik, naikkan segera (harga BBM).
Begitu dinaikkan tidak ada lagi ekspektasinya. Realisasikan, sehingga
tidak ada lagi ekspektasi," katanya.
Sebelumnya, beredar wacana bahwa pemerintahan baru segera
menyesuaikan harga BBM bersubsidi Rp3.000 per liter pada November 2014,
agar tersedia ruang fiskal memadai dan kuota tidak melebihi 46 juta
kiloliter.(skd)
Kenaikan Rp3000 Harga BBM Hemat APBN Rp21 Triliun
Betul, itu akan berpengaruh. Penghitungannya sederhana