DP3A Sulteng: Media berperan penting akhiri kekerasan pada perempuan

id Ihsan Basir,DP3A Sulteng,Dp3a,Pemprov Sulteng,Kekerasan terhadap perempuan,Kekerasan berbasis gender

DP3A Sulteng:  Media berperan penting akhiri kekerasan pada perempuan

Kepala DP3A Provinsi Sulteng, Ihsan Basir (ANTARA/Muhammad Hajiji)

Palu (ANTARA) - Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak (DP3A) Provinsi Sulawesi Tengah menyatakan media cetak dan elektronik memiliki peran penting dalam menyajikan berita yang responsif gender, dengan salah satu tujuannya mengakhiri kekerasan pada perempuan.

"Media massa diharapkan dapat berperan dalam mengedukasi masyarakat terkait apa yang dialami dan dirasakan perempuan korban kekerasan dengan tepat, serta mengedepankan jurnalisme damai dalam mengangkat isu konflik," ucap Kepala DP3A Provinsi Sulteng, Ihsan Basir di Palu, Sabtu, berkaitan dengan kampanye 16 hari anti kekerasan terhadap perempuan yang dimulai sejak 25 November 2020.

Ihsan mengatakan insan pers/jurnalis sebagai salah satu komponen, yang memiliki peran penting untuk perlindungan dan pemenuhan hak-hak perempuan, perlu dilibatkan untuk berpartisipasi dalam upaya pemenuhan hak perempuan.

Ia berharap Isu-isu mengenai perempuan dan anak, telah menjadi isu perhatian semua pihak, bahkan menjadi perhatian serius dunia.

Karena itu, dibutuhkan kerja sama dan partisipasi semua pihak untuk bersama-sama akhiri kekerasan terhadap perempuan dan anak, perdagangan manusia, dan akhiri ketimpangan atau kesenjangan ekonomi antara perempuan dan kaum Adam.

Dia mengatakan kerja sama pemerintah dan semua komponen masyarakat, lembaga dan jejaring termasuk insan pers, sangat penting dalam rangka pemenuhan hak-hak perempuan dan anak.

Pemerintah Sulawesi Tengah mengakui bahwa kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak seiring waktu cenderung meningkat. Apalagi, dalam kondisi pascabencana utamanya di lokasi pengungsian di mana kasus kekerasan berbasis gender cenderung terjadi.

Dibutuhkan kerja sama para pihak untuk melindungi perempuan dan anak dari praktik kekerasan berbasis gender.

Ihsan menilai banyak korban kekerasan yang masih takut melapor, keterbatasan literasi masyarakat, dan keterbatasan ketersediaan gawai untuk melapor secara daring, maka peran media massa sangat membantu dalam memberikan informasi terkait kasus kekerasan terhadap perempuan.

"Oleh karenanya, kami juga berharap dalam mengangkat isu terkait kekerasan terhadap perempuan dan anak, media dapat mengangkat sisi edukasi kepada masyarakat. Selain itu, diharapkan semakin banyak wartawan menulis terkait isu kekerasan terhadap perempuan dan anak yang memiliki sensitifitas atau perspektif korban dalam mengangkat isu ini,” kata Ihsan.