Sulteng Intensif Garap Perikanan Budidaya

id tambak

Sulteng Intensif Garap Perikanan Budidaya

Kepala Dinas KP Sulteng Hasanuddin Atjo (kanan) saat meninjau proyek percontohan Mina-Padi di Desa Malonas, Kabupaten Donggala. (Antarasulteng.com/Rolex Malaha)

Pengembangan sektor perikanan budidaya ini memiliki dampak yang luas karena akan meningkatkan kesejahteraan rakyat, menjaga ketahanan pangan serta menekan laju inflasi."
Palu (antarasulteng.com) - Dinas Kelautan dan Perikanan Sulawesi Tengah akan semakin intensif menggarap potensi perikanan budidaya yang cukup besar dengan menggerakkan masyarakat menggarap lahan-lahan yang masih tidur untuk pemeliharaan berbagai jenis ikan air tawar, rumput laut maupun pemeliharaan ikan di perairan umum (danau).

"Kita punya potensi besar untuk tambak, rumput laut dan perairan umum, karena itu sejak dua tahun terakhir, kami membuat proyek-proyek percontohan bagi masyarakat," kata Kepala Dinas KP Sulteng Hasanuddin Atjo di Palu, Kamis.

Salah satu upaya DKP Sulteng menggerakan masyarakat mengembangkan sektor perikanan budiaya adalah membangun proyek percontohan mina padi di Desa Malonas, Kabupaten Donggala, sejak dua tahun terakhir.

Selain itu, mulai 2015, DKP membangun tambak percontohan pemeliharaan ikan bandeng super di Kabupaten Donggala dan Parigi Moutong.

"Proyek-proyek ini diharapkan akan memotivasi petani dan petambak untuk bergerak di sektor budidaya ikan air tawar, karena memiliki tempat belajar sebagai contoh pengelolaan yang intensif dengan hasil maksimal dalam usaha mina padi dan budidaya tambak ikan bandeng," ujarnya.

Ia menjelaskan proyek percontohan mina padi dimulai pertengahan 2014 dengan menjangkau areal persawahan seluas enam hektare.

Sawah petani dibanguni tambak di sekelilingnya dan mendapat bantuan benih ikan nila dan ikan mas.

Peserta program telah dua kali memanen ikan nila dan mas, yakni panen pertama sebanyak 1,050 ton akhir 2014 dan panen kedua Juni 2015 dengan hasil 1,5 ton.

Hasil panen dijual kepada para pedagang dengan harga rata-rata Rp20.000/kg, sehingga pada setiap satu hektare lahan, petani bisa mendapatkan tambahan pendapatan dari hasil tambak sampai jutaan rupiah.

Meski 10 persen areal sawah berubah menjadi areal tambak, kata Atjo, namun produksi padi per hektare mengalami peningkatan sampai 10 persen karena sistem usaha taninya semakin intensif.

Proyek percontohan lainnya adalah pembukaan tambak ikan bandeng super seluas 10 hektare di Kabupaten Donggala dan Parigi Moutong.

Ikan bandeng super, kata Ajto, adalah yang beratnya minimal setengah kilogram/ekor atau dua ekor/kilogram dan bisa dipanen pada usia tiga sampai empat bulan saja.

"Kalau ini tercapai, maka produktivitas tambak ikan bandeng bisa ditingkatkan dan pendapatan petambak akan semakin besar sehingga bisa merangsang petambak lain untuk mengembangkannya secara swadaya," ujarnya.

Sulteng memiliki ribuan hektare tambak ikan bandeng, namun produksinya sangat minim sebab petambak tidak mengurusnya secara intensif.

Setelah bibit ikan ditebar, tambak ditinggalkan untuk mencari pekerjaan lain, jadi hasilnya tidak maksimal, ujarnya.

DKP Sulteng juga memiliki program besar di bidang pengembangan rumput laut dan optimalisasi potensi ikan di perairan umum (danau besar dan kecil), khususnya untuk ikan-ikan tertentu seperti sidat di Danau Poso serta danau-danau kecil yang potensi ikannya semakin menurun seperti Danau Talaga dan Danau Lindu.

Menurut Hasanuddin Atjo, pengembangan sektor perikanan budidaya ini memiliki dampak yang luas karena akan meningkatkan kesejahteraan rakyat, menjaga ketahanan pangan serta menekan laju inflasi, apalagi harga daging di pasaran sering seali berfluktuasi.

"Hanya saja, kampanye makan ikan air tawar harus diintensifkan di provinsi ini karena masyarakat Sulteng cenderung kurang berminat mengonsumsi ikan air tawar," ujarnya.(R007/S027)