Sungai Palu Berpotensi Banjir Dengan Aliran Deras

id sungai

Sungai Palu Berpotensi Banjir Dengan Aliran Deras

Alat berat digunakan untuk mengeruk sungai yang mengalami pendangkalan di bawah Jembatan Kuning Palu, Sulteng, Jumat (12/7). Pengerukan itu selain untuk melancarkan arus air sungai, juga untuk mencegah tergerusnya tiang jembatan tersebut. (ANTARA FOTO/Basri Marzuki)

Palu,  (antarasulteng.com) - Sungai Palu yang membelah lembah memisahkan daratan bagian timur dan barat Kota Palu, Sulawesi Tengah, dinilai berpotensi banjir dengan aliran air yang sangat deras, yang dapat merusak lingkungan dan bangunan serta menimbulkan longsor.

Kepala PP-BMBA Lembaga Penelitian Universitas Tadulako Palu, Abdullah di Palu, Kamis, mengatakan adanya potensi banjir pada Sungai Palu, dapat dilihat dari beberapa kasus banjir yang mengenai bagian hilir.

Direktur penelitian pada LPPS - DAOT itu menyatakan, berdasarkan pengematan yang dilakukannnya Sungai Palu sempat terjadi banjir besar, pada awal tahun 2002. 

Namun, banjir tersebut kata dia, hanya menggenangi wilayah hilir, yakni sebagian wilayah Kota Palu, khususnya di Kelurahan Baru, Besusu, Ujuna, Maesa, dan Nunu. 

"Pada 19 - 21 Februari yang lalu, Sungai Palu juga meluap, tetapi hanya menggenangi sebagian wilayah Desa Sidondo II Kecamatan Sigi Biromaru. Kali ini, hampir merata dari hulu hingga hilir," katanya.

Ia menyebut, dua sungai di bagian hulu yang masuk ke Sungai Palu, yakni Sungai Gumbasa dan Sungai Miu, jika meluap, maka kedua sungai inilah yang memberi kontribusi besar terhadap banjir Sungai Palu.

Dia menjelaskan, Banjir yang terjadi di wilayah lembah Palu mempunyai karakteristik yang berbeda dengan banjir yang terjadi di wilayah kalimantan. Sebab, profil sungai yang memanjang di kalimantan relatif datar dan Bantarannya juga relatif datar. 

Sehingga jika terjadi banjir, alirannya tidak deras dan tidak merusak, hampir tidak terjadi longsor. namun, dapat memberikan ancaman kepada masyarakat apabila luapan airnya deras, maka banjir akan terjadi dengan waktu yang cukup lama.

"Apabila banjir menggenangi wilayah yang luas, yang di dalamnya termasuk pemukiman dan perkantoran serta perkotaan, dapat membuat masyarakat berada lama di lokasi pengungsian," ujarnya.

Sungai-sungai di lembah Palu, Kata dia, termasuk Sungai Palu, memiliki profil memanjang dan bantarannya mempunyai gradien kemiringan yang besar. Jika terjadi banjir maka alirannya deras, sangat merusak dan hampir selalu terjadi longsor. 

Tetapi, wilayah yang tergenang relatif sempit dan waktu banjirnya relatif singkat. Sehingga, relatif tidak lama jika masyarakatnya mengungsi. 

Sekalipun demikian dirinya mengatakan, hal itu harus ditangani secara dini oleh pihak-pihak terkait, termasuk melakukan pelestarian DAS Palu. 

Dirinya menilai, keberadaan Satuan Koordinasi Pelaksana Penanganan Bencana (SATKORLAK PB) di tingkat provinsi yang diketuai Gubernur dan Satuan Pelaksana Penanganan Bencana (SATLAK PB) belum memberikan peranan atas penanganan potensi bencana.

Hal itu kemungkinan dikarenakan, belum adanya penanganan atas potensi banjir, karena sumberdaya manusia yang mengelolanya mempunyai kepedulian bencana yang rendah. 

"Mungkin juga karena dana yang disiapkan oleh APBD Sulteng terbilang kecil," sebutnya.