Mahasiswa Untad kembangkan usaha kreatif aksesoris dari manik-manik

id Mahasiswa Untad ,Usaha kreatif ,Mahasiswa ,Sulawesi Tengah

Mahasiswa Untad kembangkan usaha kreatif aksesoris dari manik-manik

Salah satu hasil karya oleh Siti Ramadhan Karim, mahasiswi asal Universitas Tadulako (Untad), yakni tas yang terbuat dari manik-manik. (ANTARA/HO-Dokumentasi Siti Ramadhan Karim)

Palu (ANTARA) - Mahasiswa Universitas Tadulako di Sulawesi Tengah, Siti Ramadhan Karim (21) mengembangkan usaha kreatif dengan membuat pernak-pernik aksesoris perhiasan seperti gelang, cincin dan kalung hingga tas dari manik-manik.
 


"Saya membuat usaha ini berawal dari kesukaan saya dengan aksesoris manik-manik dan hanya untuk mengisi waktu kosong saja. Namun, teman-teman mulai banyak yang tertarik setelah melihat karya saya," kata Iti, sapaan akrabnya di Kota Palu, Senin.


 


Ia menuturkan memulai usaha tersebut bermodalkan dengan belajar otodidak atau secara mandiri dari berbagai sumber seperti sosial media dan Youtube, kemudian menggunakan uang tabungan sendiri sebagai modal usaha sekitar ratusan ribu rupiah.


 


Iti mengatakan saat ini kaum muda banyak menggandrungi bisnis usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) seperti kuliner, aksesoris, kafe, angkringan dan lain lain.


 


Menurut dia, usaha yang digelutinya sejak akhir tahun 2022 ini juga dapat dilakukan dari rumah tanpa harus memiliki tempat khusus seperti usaha kuliner maupun kafe atau angkringan.


 


Ia mengaku menjual aksesoris perhiasan tersebut kepada teman kampus dan juga memanfaatkan digitalisasi pemasaran menggunakan media sosial.


 


"Promosinya sekarang itu menggunakan lewat media sosial seperti instagram, dan juga dari mulut ke mulut melalui teman. Sejauh ini yang beli juga sudah ada dari luar Kota Palu," ujarnya.


 


Dia mengatakan usaha ini cukup menguntungkan baginya yang saat ini sedang berkuliah dan membutuhkan penghasilan yang cukup untuk kehidupan sehari-hari.


 


"Harga satu asesoris ini bervariasi, mulai dari Rp5 ribu per aksesoris hingga Rp30 ribu untuk tas. Harga ini tergantung kesulitan dan lama pembuatannya. Alhamdulillah kalau sedang ramai bisa mendapat hasil sekitar ratusan ribu per bulan," kata mahasiswi jurusan Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisip) ini.


 


Adapun kendalanya, kata dia, yakni bahan baku yang kadang tidak lengkap dan juga membagi waktu antara usaha dengan jadwal perkuliahannya.


 


Meski demikian, dia mengaku berusaha untuk mengatasi masalah itu dan berharap banyak anak muda yang dapat berusaha sepertinya, karena dengan memulai wirausaha, anak-anak muda dapat mendapatkan penghasilan dan mengembangkan diri sendiri.


 


"Insya Allah, mungkin ke depannya akan coba untuk ikut pameran - pemeran, supaya usaha saya semakin dikenal oleh banyak orang juga," kata mahasiswi asal Kabupaten Morowali itu.