Banjir Dominasi Bencana Alam Di Sulteng

id banjir,sulteng, bpbd

 Banjir Dominasi Bencana Alam Di Sulteng

Kepala BPBD Prov Sulteng, DR Barhtolomeus Tandigala (fb)

Karena memang Kota Palu yang kini dihuni hampir 400 ribu jiwa merupakan jalur utama patahan Palukoro.
Palu,( antarasulteng.com) - Banjir mendominasi bencana alam di Provinsi Sulawesi Tengah kurun waktu sepuluh bulan terakhir ini, kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat, Bartolomeus Tandigala.

"Selain banjir, juga tanah longsor. Tapi yang paling banyak adalah banjir," katanya di Palu, Kamis.

Bartholomeus tidak merinci, kecuali mengatakan bahwa banjir terbesar dan menelan korban jiwa di Sulteng selama 2017 ini terjadi di Kabupaten Tolitoli.

Di daerah penghasil cengkih terbesar di Provinsi Sulteng itu selama 2017 dilanda dua kali banjir bandang yang memporak-porandakan ribuan rumah penduduk dan juga beberapa sarana pendidikan, rumah ibadah dan kesehatan.

Juga sejumlah infranstruktur seperti sumber dan jaringan pipa air bersih, listrik, jalan dan jembatan dikabupaten itu mengalami kerusakan cukup parah sehingga membutuhkan anggaran yang besar untuk membangun dan memperbaiki kembali.

Kabupaten Tolitoli, kata Bartholemues termasuk salah satu dari kabupaten/kota di Provinsi Sulteng yang selama ini rawan bencana alam banjir dan tanah longsor karena memang wilayah itu banyak memiliki sungai dan juga kondisi tanah labih.

Saat musim hujan tiba menjadi langganan banjir dan tanah longsor.

Apalagi, Tolitoli dekat dengan laut. Saat air sungai banjir dan air pasang dipastikan sebagian besar permukiman penduduk di kota itu terendam.

Menjawab pertanyaan, Bartholomeus mengatakan hingga kini, pihak BPBD Provinsi Sulteng belum punya data base mengenai jumlah bencana alam yang terjadi selama 2017 ini.

"Data dari kabupaten/kota di Sulteng belum masuk ke BPBD Provinsi Sulteng," kata dia.

Namun demikian, bencana alam di daerah ini masih didominasi banjir dan tanah longsor.

Foto Anas Massa.

Sementara Sekretaris BPBD Kota Palu, Irsan S.S secara terpisah mengaku bencana alam yang terjadi di Ibu Kota Provinsi Sulteng selama kurun beberapa tahun terakhir ini terbesar adalah banjir.

"Paling banyak bencana alam di Palu adalah banjir," kata mantan Lurah Nunu, Kecamatan Tatanga itu.

Di Kota Palu sesuai data yang ada selama kurun beberapa bulan terakhir ini terjadi sejumlah bencana alam banjir, kebakaran, angin puting beliung dan gempa bumi.

Kalau gempa, kata dia, setiap harinya, Palu sebenarnya diguncang gempa bumi. Hanya saja getarannya relatif kecil sehingga tidak dirasakan masyarakat.

Karena memang Kota Palu yang kini dihuni hampir 400 ribu jiwa merupakan jalur utama patahan Palukoro.

Palu juga terbilang rawan banjir karena selain Sungai Palu, sungai yang membelah Kota Palu, juga ada sejumlah anak sungai yang setiap kali hujan deras dilanda banjir.

Ada beberapa anak sungai seperti Sungai Kawatuna, Sungai Laoswani dan Sungai Sombe Lewara bermuara di Sungai Palu. Sementara di sisi kiri dan kanan Sungai Palu sudah padat dengan penduduk.

Jika air Sungai Palu meluap, dipastikan ada banyak rumah penduduk yang terendam banjir seperti yang terjadi selama ini.

Soal logistik bencana alam, Irsan menjamin mencukupi kebutuhan. Terutama logistik bahan makanan cukup memadai. Begitu terjadi bencana, pihaknya bersama sejumlah instansi terkait langsung melakukan langkah tanggap darurat.

Ia juga menambahkan meski bukan musim hujan, BPBD Kota Palu tetap siaga, karena Sungai Palu seringkali mendapat banjir kiriman. "Kalau hujan deras di hulu, biasanya Sungai Palu banjir dan jika airnya melewati batas tanggul akan meluap ke sejumlah permukiman warga terutama yang selama ini dilanda banjir adalah sepanjang daerah aliran sungai di wilayah jalan Miangas, Anoa II, Lembu, Malaya, Lere dan Ujuna.

Data BPBD Kota Palu menyebutkan selama 2016 terjadi sejumlah bencana alam banjir 13 kali, angin puting beliung dua kali dan gempa bumi satu kali dengan kekuatan gempa 5,1 SR namun tidak ada dampak yang ditimbulkan.

Banjir pertama kali terjadi pada April 2016 di Kecamatan Mantikulore mengakibatkan 220 rumah terendam lumpur, 40 rumah rusak ringan.

Bencana banjir kedua dan terjadi Mei 2016 di kecamatan yang sama 168 rumah terendam lumpur.

Berikutnya banjir kembali terjadi pada Juni 2016 di Kelurahan Talise, lima rumah warga terendam dan banjir pada Juli 2016 mengakibatkan jalan Trans Sulawesi depan perumahan Citra Land tergenang lumpur dan sempat memacetkan arus lalulintas kendaraan.

Pada tahun 2017 ini juga masih didominasi bencana alam banjir. Namun tidak ada korban jiwa, kecuali ratusan rumah penduduk di beberapa wilayah permukiman warga di Kota Palu terendam air dan lumpur.