Warga Desa Tuva Tambahan Penghasilan Gula Merah

id Gula, mersh

 Warga Desa Tuva Tambahan Penghasilan Gula Merah

Arifin, salah satu petani gula merah di Desa Saluki, Kecamatan Gumbasa, Kabupaten Sigi. (Foto Anas Masa/Antara)

Sigi, Sulteng, (antaranews.com) - Sejumlah warga Desa Tuva, Kecamatan Gumbasa di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah mendapat tambahan pendapatan dari produksi gula meras, dari selama ini dari hasil berkebun.

Salah satu petani aren di Desa Tuva, Arifin di lokasi usahanya yang berjarak sekitar 2km dari jalan raya di desa itu, Jumat mengaku telah berlangsung enam tahun terakhir ini memproduksi gula merah.
Untuk mendapatkan bahan baku gula merah tidak terlalu sulit karena pohon enau banyak tumbuh di arean kebun dan juga hutan disekitarnya.

"Bahan baku pembuatan gula merah sangat mudah diperoleh karena di kebun miliknya seluas dua hektare yang telah ditanami kakao banyak tumbuh pohon enau.
Selama ini, kata dia, bahan bakunya diambil dari areal kebun sendiri.

Dia tidak merinci jumlah pohon enau yang ada di kebunnya, kecuali mengatakan cukup banyak.
Sehari, kata pria berkulit sawo matang tersebut, ia bisa memproduksi gula merah antara 20-24kg dengan jumlah bahan baku atau air pohon enah (mira) sebanyak 150 liter.
Khusus untuk memasarkan hasil-hasil produksinya, Arifin mengatakan tidak kesulitan. "Sudah ada pedagang yang membelinya langsung di lokasi pembuatan gula marah," kata dia.

Selama ini, mitra (pedagang) datang langsung membeli kepada petani sehingga tidak kesulitan menjualnya. Para pedagang datang dari Palu, Ibu Kota Provinsi Sulteng membeli gula merah produksi petani di Desa Tuva.
Harag gula merah di tingkat petani sekarang ini rata-rata Rp15.000/kg.
Menurut dia, harga tersebut cukup bagus sehingga mendorong petani lainnya mulai tertarik memproduksi gula merah.

Menjawab pertanyaan, Arifin mengatakan selama ini belum ada bantuan modal usaha dari pihak manapun, termasuk pemerintah daerah setempat.
"Jadi modal sendiri saja yang diperoleh dari hasil penjualan gula marah," kata dia.
Ia berharap sekali waktu bisa mendapat bantuan modal usaha dari pemerintah atau lembaga perbankan di daerah itu.

Air dari pohon enau, juga oleh sebagian masyarakat mengolah menjadi minuman keras atau lazimnya disebut dengan nama "captikus" mengandung alkhol tinggi sehingga sedikit saja diminum akan terasa pusing/mabuk.
Kepala Desa Tuva, Bahtiar mengatakan sebagian besar masyarakat desa itu selama ini adalah bertani dan juga berkebun kakao dan kopi robusta.

Sebagian lagi, tidak banyak adalah petani gula merah.

Desa Tuva termasuk salah satu desa di Kecamatan Gumbasa yang juga berbatasan dengan kawasan Taman Nasional Lore Lindu (TNLL).

Foto Anas Massa.
sepasang burung maleo jantang dan betina di lokasi penangkaran satwa endemik di kawasan Taman Nasional Lore Lindu (TNLL) sekitar 7km dari Desa Saluki, Kecamatan Gumbasa. Foto Antara/Anas Masa
 

Di antara Desa Tuva dan Saluki ada lokasi penangkaran satwa endemik khas Sulawesi burung maleo (macrocephalon maleo)yang telah dilindungi undang-undang sehingga dilarang keras untuk diburu masyarakat.
Karena itu, pemerintah desa dan Badan Perwakilan Desa (BPD) bersama lembaga adat terus melakukan sosialisasi berupa imbaun kepada masyarakat untuk tidak mengganggu baik folra maupun fauna karena di wilayah tersebut terdapat pula penangkaran burung maleo.
     Karena itu, masyarakat perlu melestarikan agar satwa endemik tersebut tidak sampai punah ,tetapi sem,akin berkembang populasinya dan menjadi tempat penelitian dan juga destinasi wisata untuk menarik banyak wisatawan mancanegara mendatangi obyek wisata yang berada dalam kawasan konservasi TNLL.
   TNLL merupakan salah satu dari sejumlah Taman Nasional  yang ada di Indonesia sehingga perlu dijaga dengan baik bagi masyarakat yang ada di sekitar kawasan konservasi tersebut.   (skd)