BMKG Palu: tiap hari 30 kali gempa

id gempa

BMKG Palu: tiap hari 30 kali gempa

Ilustrasi (Foto Antara/dok)

Baik yang dirasakan maupun tidak dirasakan masyarakat, rata-rata 30 kali setiap hari
Palu,  (Antaranews Sulteng) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Palu mengatakan hasil monitoring petugas, tercatat selama empat bulan terakhir, terjadi gempa bumi di sejumlah wilayah di Sulawesi Tengah, 30 kali setiap hari.

"Baik yang dirasakan maupun tidak dirasakan masyarakat, rata-rata 30 kali setiap hari," kata Kepala Geofisikan Palu Cahyo Nugraha di Palu, Jumat.

Ia menyebut peristiwa tersebut dipicu gempa lokal dan sesaran Palukoto.

Ia mengatakan gempa bumi selama tiga hari terakhir ini dirasakan masyarakat di Kabupaten Sigi dua kali, yakni di Marawola dan Bora, Kota Palu dan satu kali di Kabupaten Tojo Una-Una.

 Meskipun getaran gempa itu cukup membuat masyarakat terkejut, kata dia, peristiwa itu tidak berdampak terhadap rumah dan bangunan lainnya.

 Ia mengatakan gempa yang dipicu sesaran Palukoro terakhir kali terjadi di Dataran Napu, Kabupaten Poso dengan kekuatan 5,2 Skala Ricther.

Dalam peristiwa itu, beberapa korban luka-luka dan banyak bangunan dan rumah rusak, termasuk gereja, meajid, dan beberapa gedung sekolah di Kecamatan Lore Utara.

 Sesaran Palukoro merupakan satu-satunya di Indonesia. Sesaran itu sangat aktif sehingga perlu diwaspadai masyarakat.

 Dia menjelaskan Sesaran Palukoro membentang dari Poso ke arah tenggara dan barat laut sampai barat Perairan Kabupaten Tolitoli. Ke selatan, Sesaran Palukoro bercabang ke Sesaran Matano mulai sekitar Poso, Morowali, sampai Sorowako, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tenggara.

  Ia mengatakan gempa dengan guncangan kuat akan menimbulkan kerusakan bangunan.

 Apalagi, kata dia, jika konstruksi bangunan tidak sesuai dengan standar tahan gempa, tentu gedung itu akan mengalami kerusakan saat terjadi gempa cukup keras, seperti di Lombok yang banyak menimbulkan korban jiwa dan kerusakan bangunan.

 Banyaknya gedung yang rusak akibat gempa, kata dia, diduga kuat karena tidak dibangun menggunakan standar konstruksi tahan gempa.

  Khusus di Kota Palu yang juga jalur utama?Sesaran Palukoro, katanya, dampak gempa bumi sudah perlu diantisipasi pemerintah dan masyarakat, di mana pembangunan rumah atau gedung apa saja menggunakan standar tahan gempa.

 Pihaknya bekerja sama dengan pemerintah provinsi memberikan sosialisasi kepada masyarakat tentang bagaimana membangun rumah tahan gempa.

 Sebenarnya, kata dia, gempa tidak mengakibatkan korban. Akan tetapi, biasanya ada korban karena mereka tertimpa reruntuhan bangunan.

"Nah ini yang harus dipahami oleh masyarakat sehingga dalam membangun rumah mereka bisa mengikuti standar bangunan dengan konstruksi tahan gempa," kata dia.

  Cahyo mengatakan berdasarkan catatan, gempa terbesar selama ini berkekuatan sekitar 10 SR.

"Hanya saja tempatnya saya sudah tidak ingat, kecuali kekuatannya memang mencapai 10 SR," katanya.