Bank Sulteng siap pelopori pembiayaan budidaya udang supra intensif

id supra intensif,bank sulteng,hasanuddin atjo

Bank Sulteng siap pelopori pembiayaan budidaya udang supra intensif

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sulteng Dr Ir H hasanuddin Atjo, MP menjelaskan secara rinci keunggulan teknologi budidaya udang supra intensif skala kecil hari rekayasa teknologi yang dibuatnya dihadapan para pemimpin bank, pengusaha anggota Kadin an HIPMI, akademisi, aparat pemerintah dan media di Palu, Kamis (20/9) (Antaranews Sulteng/Rolex Malaha)

Palu (Antaranews Sulteng) - Bank Sulawesi Tengah (Bank Sulteng) siap mendanai pengembangan teknologi budidaya udang supra intensif secara masif di tingkat pengusaha kecil dan menengah karena implementasi sistem budidaya ini sangat layak dari aspek teknis maupun bisnis.

"Inilah saatnya pihak perbankan masuk dalam bisnis budidaya udang setelah hadirnya teknologi supra intensif ini," kata Dirut Bank Sulteng Rahmat Abdul Haris kepada Antara usai jadi pembicara pada workshop pengembangan teknologi budidaya udang supra intensif di Palu, Kamis.

Beberapa tahun lalu, kata Haris, pihaknya pernah membiayai budidaya udang tetapi waktu itu teknologi belum mendukung, pendampingan dari tenaga teknis tidak ada dan dukungan pemerintah sangat minim, sehingga hanya doa saja yang membuat bisnis udang berhasil.

"Apa yang terjadi, yang kami biayai itu gagal, pengusahanya tidak bisa mengembalikan pinjaman dan kalau kami mau pergi menagih selalu melarikan diri," ujarnya.

Sekarang, kata Haris lagi, sudah tersedia teknologi budidaya yang canggih, pendampingan dari dinas terkait yang sangat kuat sehingga keberhasilannya terukur dan pasti.

"Nah perbankan seharusnya lebih yakin bahwa risiko sudah tereliminasi dengan hadirnya teknologi supra sehingga inilah saatnya perbankan di Sulteng masuk dalam bisnis yang namanya budidaya udang," ujarnya.

Karena itu, Bank Sulteng siap jadi pelopor pembiayaan bagi para pengusaha kecil dan menengah yang akan menekuni bisnis budidaya udang ini, sebab bila usaha ini dikoordinasikan dengan baik, maka Sulteng dalam waktu tidak lama bisa menjadi pengekspor udang terbesar di Indonesia.

Bank Sulteng, kata Haris, akan terlibat aktif bersama Dinas Kelautan dan Perikanan Sulteng serta Kadin dan Hipmi Sulteng untuk membentuk tim kecil yang akan menyusun rencana bisnis budidaya supra intensif skala kecil dan menengah yang akan direalisasikan awal 2019.
 

Sistem cluster

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sulteng Hasanuddin Atjo menargetkan pada 2019 sudah muncul tambak-tambak udang supra intensif yang dikelola para petani atau pengusaha kecil dan menengah dengan sistem `cluster.`

"Setiap cluster minimal 80 tambak. Biaya investasi dan operasional ditopang oleh perbankan dan kami akan memberikan pendampingan sehingga usahanya berhasil dan menjadi model untuk direplikasi oleh pengusaha lain dari kota/kabupaten bahkan provinsi lain di Indonesia," ujarnya.

Hasanuddin Atjo yang juga penemu teknologi supra intensif Indonesia yang diluncurkan pada 2013 itu mengatakan pada awalnya sistem budidaya paling produktif di dunia ini menggunakan tambak berkostruksi beton sehingga biaya investasinya cukup mahal dan sulit dijangkau usaha kecil dan menengah.

Ia kemudian melakukan rekayasa teknologi hingga akhinya menemukan konstruksi murah menggunakan terpal dengan tulang besi berbentuk bundar yang biaya konstruksinya hanya Rp15 sampai Rp30 juta untuk luasan 50-100 meter persegi.?

Dengan padat terbar benih 40.000 ekor pada tambak 100 meter persegi, produksi yang bisa dihasilkan mencapai 500 kg. Dengar harga jual rata-rata Rp70.000 ekor/kg, maka penghasilan petambak mencapai 35 juta dalam satu musim panen yakni tiga bulan.

"Kalau seorang petambak bisa mengusahakan lima kolam saja dan melakukan panen tiga kali dalam setahun, maka penghasilan kotor petambak bisa mencapai Rp500-an juta," ujar Atjo dan menyebut bahwa margin bisnis ini cukup tinggi bisa mencapai 40 persen.

Workshop yang diikuti 175 peserta dari kalangan perbankan, pebisnis udang, petambak, pengusaha kuliner, akademisi dan kepala-kepala dinas perikanan kabupaten/kota se-Sulteng ini menampilkan empat pembicara kunci yakni Dr Ir H Hasanuddin Atjo, MP selaku penemu teknologi, Kepala Bank Indonesia Perwakilan Sulteng Miyono, Dirut Bank Sulteng Rahmat Abdul Haris dan Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Sulteng Ishak Bashir Khan.

Diskusi akan berlangsung secara panel yang akan menghadirkan enam orang pembahas yakni Direktur Pakan Ditjen Pereikanan Budidaya Kementerian KP, Ketua Kadin Sulteng, Kepala BRI Cabang Palu, Direktur PT. Matahari Sakti Jakarta, Direktur Bogatama Marinusa Makassar, keduanya pelaku bisnis sektor perudangan, serta akademisi yang juga Sekretaris Ikatan Sarjana Perikanan (Ispikani) Sulteng Dr Fadly Tantu.