Palu, (Antaranews Sulteng) - Petani di Provinsi Sulawesi Tengah dalam beberapa tahun terakhir ini kurang bergairah mengembangkan tanaman kelapa dan lebih memilih komoditas perkebunan lainnya karena harga kopra di tingkat pengumpul terus menurun.
Ketua Bidang Perdagangan Kadin Sulteng, Achrul Udaya, di Palu, Jumat, mengakui minat petani mengembangkan komoditas kelapa menurun drastis dalam beberapa tahun ini, sebab harga kopra di pasaran lokal maupun dalam negeri merosot tajam.
Sementara komoditas perkebunan lain seperti kakao, kopi, kemiri, dan cengkih di pasaran semakin membaik.
Alasan itu, kata dia, merupakan penyebab utama petani Sulteng kurang berminat untuk mengembangkan komoditas kelapa yang sebelumnya menjadi primadona petani di provinsi itu.
Pada era 80-an, petani kopra di Sulteng terbilang cukup berjaya karena belum ada komoditas kakao dan kopi yang dikembangkan secara besar-besaran.
Justru pengembangan tanaman kelapa cukup gencar dilakukan para petani di seluruh wilayah Sulteng.
Namun, katanya, ketika memasuki era komoditas kakao, petani kelapa mulai beralih ramai-ramai menanam tanaman kakao. Apalagi, ketika harga kakao tiba-tiba? melambung dari sebelumnya Rp2.500/kg, naik hingga mencapai Rp30.000 di tahun 1998, petani semakin bergairah menanam kakao pada areal lahan kepala.
Petani memanfaatkan menanam kakao di antara tanaman kelapa. Bahkan ada yang menebang pohon kelapa dan menggantikan dengan komoditi kakao.
Dan hingga kini, kata Achrul, petani tetap lebih tertarik menanam kakao dan komoditas lainnya, termasuk yang gencar dikembangkan petani adalah tanaman kopi dan nilam, karena harganya yang semakin menjanjikan.
Menurut dia, pemerintah perlu mendorong kembali petani di Sulteng untuk mengembangkan kelapa, sebab produksi kopra di daerah ini terus menurun darstis dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir ini.
Penurunan produksi kopra di Sulteng juga dipengaruhi faktor usia tanaman kelapa yang rata-rata sudah tidak produktif.
Pohon kelapa yang sudah tidak produktif lagi banyak ditebang petani untuk dijadikan bahan baku bangunan memenuhi permintaan pasar yang terus meningkat.
Sementara pohon kelapa yang sudah ditebang tidak lagi diremajakan oleh petani.
Padahal untuk menanam kelapa butuh waktu cukup lama baru bisa menghasilkan.
Luas areal tanaman kelapa dalam di Sulteng sekitar 200.000 hektare dengan produksi per tahunnya berkisar 180.000 ton.
Areal lahan kelapa sebesar itu tersebar di 13 kabupaten dan kota di Sulteng. Kabupaten Banggai merupakan sentra produksi terbesar mencapai 46.000 ton dan menyusul Kabupaten Parigi Moutong dan Donggala.
Tiga daerah di Sulteng itu memiliki luas areal tanaman kelapa yang cukup besar.
Harga kopra di pasaran saat ini berkisar Rp3.000-an/kg. Harga buah kepala di pasar Rp5.000/butir.
Berita Terkait
Achrul Udaya pimpin DPP Apindo Sulteng
Rabu, 5 Februari 2020 18:33 Wib
Bulog sulit penuhi target jika mengacu HPP
Minggu, 1 Juli 2018 19:18 Wib
Kadin : tindak pangkalan elpiji nakal di Palu
Kamis, 24 Mei 2018 5:18 Wib
Five ministers to be keynote speakers in seminar of increasing export investment
Kamis, 3 Mei 2018 5:09 Wib
Palu tuan rumah seminar investasi ekspor-impor
Jumat, 27 April 2018 12:23 Wib
Achrul: Kemungkinan ada mafia elpiji di Palu
Kamis, 26 April 2018 9:36 Wib
Kemendikud gelar udaya Indonesia di Inggris
Kamis, 25 Januari 2018 6:38 Wib
Pemerintah sebaiknya pertimbangkan impor beras
Minggu, 14 Januari 2018 13:58 Wib