Lapas Petobo Bertekad Mandiri Dalam Pemenuhan Pangan

id Lapas

Lapas Petobo Bertekad Mandiri Dalam Pemenuhan Pangan

Kakanwil Kemenkumham Sulteng Iwan Kurniawan (kedua kiri), Kalapas Petobo Ismiono (kiri) dan Kadiv Pemasyarakatan Tholib, panen perdana lahan sawah garapan binana Lapas Petobo di Desa Langaleso, Kabupaten Sigi, Kamis (30/3) (Antarasulteng.com/Rolex Malaha)

Iwan Kurniawan: Lahan ini digarap 20-an warga binaan yang sudah memasuki tahap asimilasi
Sigi (antarasulteng.com) - Lembaga Pemasyarakatan Kelas II-A Petobo, Kota Palu, bertekad untuk menjadi mandiri dalam pemenuhan kebutuhan konsumsi pangan bagi warga binaan dengan menggarap secara intensif lahan pertanian seluas empat hektare di Kabupaten Sigi.

"Sekarang kami sudah panen perdana padi, selanjutnya kami akan panen sayu-mayur, disamping mengupayakan kegiatan peternakan dan perikanan," kata Kepala Kanwil Kemenkumham Sulteng Iwan Kurniawan, SH.MSi di sela panen perdana lahan sawah milik Lapas Kelas II-A Petobo di Desa Langaleso, Kecamatan Biromaru, Kabupaten Sigi, Kamis.

Panen tersebut dihadiri pula oleh Kepala Divisi Pemasyarakatan Kanwil Kemenkumham Sulteng, Tholib, Bc.IP, SH.MH dan Kepala Lapas Petobo Ismiono serta puluhan pejabat dan staf Kanwil Kemenkumham setempat.

Setelah pemotongan padi secara manual menggunakan arit dilakukan, sebuah traktor langsung memanen seluruh padi yang telah menguning di atas hamparan lahan seluas sekitar satu hektare itu dan mengolahnya menjadi gabah basah puluhan karung.

Menurut Kakanwil, Dirjen Pemasyarakatan Kemenkumham telah membuat kebijakan bahwa di setiap provinsi ada satu Lapas yang ditetapkan sebagai Lapas produktif dan diarahkan menjadi mandiri.

Khusus di Sulteng, Lapas Kelas II-A Petobo Palu ditetapkan sebagai Lapas produktif yang memiliki lahan pertanian seluas empat hektare yang akan dikembangkan berbasis agribisnis.

"Apa yang dihasilkan di sini pada saatnya nanti akan diarahkan untuk mampu menjuhi kebutuhan baik beras, sayuran dan telur bagi bahan makanan warga binaan Lapas Petobo, bahkan kalau bisa memenuhi kebutuhan masyarakat sekitar," ujarnya.

Jika kebutuhan beras, sayur mayur, telur, ikan dan daging untuk warga binaan bisa dipenuhi sendiri dari lahan agribisnis ini, kata Iwan, maka dana pemerintah untuk belanja bahan pangan anak binaan yang bisa dihemat pada Lapas ini akan sangat signifikan.

Pada areal ini, tampak berbagai jenis tanaman padi, palawija dan sayur mayur tumbuh subur. Beberapa petak kolam yang diisi dengan ikan mas dan nila juga sudah hampir memasuki masa panen, sementara sebuah bangunan untuk penggemukkan sapi juga sudah mulai dimanfaatkan.

Lokasi ini merupakan lahan yang subur dan dilintasi jaringan irigasi teknis Gumbasa sehingga suplai air sangat maksimal untuk perikanan dan sawah.

"Kami sangat terbuka untuk bekerja sama dengan instansi teknis lain seperti Dinas Tanaman Pangan, Dinas Perkebunan dan Peternakan, Dinas Perikanan dan Dinas Kehutanan guna mengembangkan kawasan ini secara intensif karena kami sadar, kami tidak ahli dalam bidang agribisnis ini," ujarnya.

Ia menyebut bahwa Bank Indonesia Perwakilan Palu telah menyatakan minat untuk bekerja sama mengembangkan tanaman cabai di lokasi tersebut.

Iwan menambahkan lokasi ini digarap oleh warga binaan yang sudah memasuki tahap asimilasi karena dinilai berkelakuan baik dan hampir menyelesaikan masa hukumannya.

"Sayangnya, tenaga seperti itu masih terbatas, hanya 20 orang yang sudah memasuki tahap asimilasi dari lebih 500 warga binaan di Lapas Kelas II-A Palu," ujar Iwan yang didampingi Kalapas Petobo Ismiono.