Barantan Palu siap ekspor kelor merah khatulistiwa

id barantan palu

Barantan Palu  siap ekspor kelor merah khatulistiwa

Penen kelor di Kelurahan Kayumalue, Kecamatan Taweili, Senin (11/10) oleh Balai Karantina Pertanian Palu. ANTARA/ (Izfaldi Muhammad)

Palu (ANTARA) - Balai Karantina Pertanian kelas II Palu tengah menyiapkan ekspor komoditas kelor merah khatulistiwa ke sejumlah negara di kawasan Asia tahun 2022.

"Kami melihat di palu kelor khatulistiwa ini adalah salah satu potensi besar yang memiliki nilai jual yang tinggi, jadi kami sudah komunikasi ke Kementrian Pertanian kelor ini akan kita siapkan ekspornya karena memang semua kabupaten harus ada ekspornya," kata Kepala Balai Karantina Pertanian Kelas II Palu, Armin, usai melakukan panen kelor di Kelurahan Kayumalue, Kecamatan Taweili, Senin (11/10).

Ia menjelaskan kandungan pada kelor merah khatulistiwa menjadi salah satu keunggulan tersendiri dibanding dengan kelor-kelor lainnya. Hal tersebut berpengaruh sampai pada nilai jual kelor merah khatulistiwa.

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan, dalam 100 gram kelor merah mengandung protein dua kali lebih tinggi dari yougurt, vitamin A tujuh kali lebih tinggi dari wortel, kaliumnya lebih tinggi tiga kali dari pisang, kalsium empat kali lebih tinggi dari susu, dan vitamin C tujuh kali lebih tinggi dari jeruk.

Sejauh ini beberapa negara yang sudah mengajukan permintaan untuk mengekspor kelor merah khatulistiwa yakni Jepang, China, Amerika Serikat, Prancis, Nigeria dan Dubai.

"Hanya saja para petani kelor saat ini kekurangan mesin pengering. Nah itu akan kami laporkan ke Dirjen Prasarana agar bisa dibantu, karena kelor ini setelah dipanen harus segera diproses empat jam setelah panen," ungkapnya.

Dalam penamaan khatulistiwa pada kelor merah, bertujuan untuk mengidentifikan tempat tumbuhnya kelor merah yang dilintasi oleh garis khatulistiwa.

Ia menyarankan pada lahan kebun kelor merah khatulistiwa seluas 200 Hektare di Kelurahan Kayumalue, agar juga ikut dimanfaatkan untuk menanam komoditas lainnya.

"Baru 10 hektare yang ditanami kelor kan, bagus juga yah kalau ada agrowisata, kan tetap kelor jadi utama," sarannya.

Sementara itu, salah satu petani kelor Dahlan menyebutkan perbedaan kelor merah dan kelor lainnya terdapat dalam rentan waktu panennya.

"Kalau kelor yang lain itu sekali saja panennya dalam setahun, tapi kalau ini bisa sampai tiga kali panen dengan total itu sampe 10 ton sekali panen," sebutnya.

Dahlan merinci harga per dua ton kelor dalam kondisi kering mencapai Rp2 juta. Tak berlebihan jika sekali panen mencapai 20 ton, dapat menghasilkan Rp40 juta.